Sabtu, 27 April 2024
Polsek Tambang Tangkap Pelaku Narkoba di Depan SPBU Rimbo Panjang | Mantan Bupati Inhil Indra Muchlis Adnan Meninggal Dunia, Pj Gubri Sampaikan Ucapan Duka | Kapolda Riau M Iqbal: Jangan Ada Lagi Diksi Kampung Narkoba di Pekanbaru, Sikat Habis! | Peringatan 78 Tahun TNI AU Masyarakat Riau akan Disuguhi Aneka Atraksi di Lanud Roesmin Nurjadin | SULUHRIAU, Pekanbaru – Ribuan pendaftar calon anggota Polri dari 12 kabupaten/kota memenyhi halama | Sumringahnya Timnas Indonesia di Piala Asia U-23 2024 setelah Kalahka Korsel Melalui Adu Penalti
 
Metropolis
Ini Kata Pengamat Peta Pilgub Riau Pasca Golkar Berkoalisi dengan PDIP

Metropolis - - Senin, 18/12/2017 - 11:21:51 WIB

SULUHRIAU, Pekanbaru - DPP PDI Perjuangan baru saja mengumumkan mendukung Pilgub Riau bersama Golkar yakni Arsyadjuliandi  Rachman dengan Suyatno.

Koalisi dengan PDIP ini dinilai bukan menambah kekuatan politik tapi justru menambah kelemahan Golkar.

Pendapat itu disampaikan pengamat politik dan hukum tata negara dari Universitas Riau (UR) Dr Mexsasai Indra seperti dilansir detikcom, Senin (18/12/2017).

Indra menjelaskan, koalisi DPD Golkar Riau dengan DPD PDIP Riau dalam Pilgub Riau 2018 mendatang tidak dibangun dengan basis ideologi yang kuat.

Koalisi tersebut hanya dibangun karena PDIP dalam konteks politik nasional merupakan partai yang berkuasa. Situasi dan kondisi ini berpengaruh terhadap aktivitas politik di daerah terutama terkait pengisian jabatan publik dalam hal ini kepala daerah.

 "Saya kira pilihan partai Golkar melakukan koalisi dengan PDIP tidak dibangun atas dasar basis ideologi yang kuat," kata Indra.

Partai Golkar selama ini di Riau selalu mendapat hati di masyarakat. Dalam beberapa kali Pilgub Riau, Golkar selalu memenangkan calonnya. Termasuk pada Pilgub sebelumnya, Golkar tanpa berkoalisi dengan siapa pun memenangkan jagonya sendiri.

"Saya tidak bisa menyimpulkan apa alasan pastinya partai Golkar harus menggandeng PDIP untuk mendukung Andi Rachman dan Suyatno. Padahal secara yuridis dan politik Golkar sendiri sudah memenuhi syarat untuk mencalonkan sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai apa pun. Di sinilah saya melihat ada keraguan Golkar untuk maju sendiri," kata Indra.

Indra melihat, implikasi dari koalisi Golkar dan PDIP ini secara psikologi akan terbangun sentimen isu keagamaan akan muncul kepermukaan di Riau.

"Artinya apa, orang akan banyak bermain isu-isu politik pada wilayah keagamaan seperti di DKI. Apa lagi nanti kalau yang muncul hanya dua pasangan calon saja. Dalam hal ini negara harus berhati-hati dalam mengelola psikologi politik masyarakat sehingga tidak memunculkan konflik," kata Indra.

Lantas mengapa bisa muncul isu soal agama bergandengan PDIP?

"Karena kecenderungan ketika pasangan calon diusung oleh PDIP cenderung orang bermain pada wilayah itu (agama). Secara politik itu jelas tak elok. Tapi dalam realitas politik yang terjadi, ya itulah fakta yang terjadi di lapangan. Apa lagi bumi melayu ini adalah identik dengan nilai-nilai ke-Islaman," kata Indra.

Dari satu sisi, lanjut Indra, hal tersebut akan menjadi titik kelemahan ketika Andi Rachman mengambil pilihan PDI Perjuangan sebagai tambahan kekuatan dalam bertarung Pilgub Riau. Walaupun Andi Rachman dan Suyatno sama-sama muslim. Namun karena berkoalisi dengan PDIP perjuangan isu berbau agama diprediksi akan muncul di Riau.

"Orang melihatkan sekarang potensi atau kecenderungan akan dilihat didukung oleh partai apa," kata Indra.

Kalau saja Andi Rachman tidak menggandeng PDIP sebenarnya isu terkait agama bisa diminimalisir.

"Kalau pak Andi percaya diri hanya tunggal lewat Golkar sebenarnya itu lebih kuat. Fakta sejarah ketika Andi dengan Annas Maamun hanya diusung tunggal Golkar ternyata menang kan?" kata Indra.

"Dalam konteks isu nasional itukan, PDIP adalah partai politik yang menjaga jarak dalam tanda petik dengan kekuatan-kekuatan Islam. Isu nasional ini juga berpengaruh ke daerah termasuk ke Riau," kata Indra.

"Jadi saya kira tidak menambah kekuatan PDIP masuk dalam koalisi dengan Golkar. Secara hitungan kuwantitaskan Golkar sudah memenuhi syarat. Justru menurut saya pilihan menjatuhkan menggandeng PDIP hal itu salah satu kekurangan. Mungkin malah bisa menambah titik lemah dan menambah masalah baru yang sebetulnya hal itu tidak harus dilakukan," tutup Indra. [dtc, jan]





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved