Jum'at, 29 Maret 2024
Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan | Nuzul Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
 
Internasional
Agen Intelijen Rusia Maria Butina Tawarkan Seks Demi Jabatan

Internasional - - Kamis, 19/07/2018 - 11:50:32 WIB

SULUHRIAU, Washington- Seorang perempuan yang dituduh berprofesi sebagai agen intelijen Rusia menawarkan hubungan seks guna mendapat jabatan dalam sebuah organisasi khusus di Amerika Serikat, sebut para pejabat AS.

Butina, yang ditangkap pada Minggu (15/7/2018), menghadiri sidang pengadilan AS di Washington DC.

Hakim Deborah Robinson menyatakan Butina harus ditahan dan dilarang ke luar negeri karena pemerintah AS telah membuktikan tiada jaminan dia akan menghadiri persidangan jika dibebaskan.

Kini Butina menghadapi tuduhan beraksi sebagai agen asing dan berkonspirasi melawan pemerintah asing.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam penahanan Butina seraya mengatakan tindakan AS sengaja dirancang untuk mengesampingkan "hasil-hasil positif" dalam pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump di Helsinki, pada Senin (16/7).

Pengacara perempuan berusia 29 tahun itu mengungkap kliennya telah bekerja sama dengan pemerintah AS selama beberapa bulan.

Apa tuduhan terhadapButina?
Dokumen pengadilan mengungkap Butina selama ini hidup bersama seorang warga Amerika berusia 56 tahun yang disebut sebagai US Person 1. Butina disebut menjalin "hubungan pribadi" dengan pria ini.

"Namun hubungan ini tidak mencerminkan hubungan kuat dengan Amerika Serikat karena Butina tampak memperlakukannya sebagai aspek yang diperlukan dalam menjalankan aktivitasnya," tulis dokumen pengadilan.

Dalam sejumlah fotonya di media sosial, Butina tampak berpose bersama Paul Erickson, pegiat konservatif di South Dakota yang dalam arsip umum disebut berusia 56 tahun.

Butina telah "mengutarakan ketidaksukaannya melanjutkan hidup bersama" pria Amerika ini," tulis dokumen yang disita FBI.

Para jaksa penuntut mengatakan Butina tampak tidak menganggap hubungannya bersama pria tersebut dengan serius karena "dalam setidaknya satu kesempatan, Butin menawarkan seorang individu selain US Person 1 hubungan seks demi jabatan di organisasi khusus".

Dokumen-dokumen persidangan tidak menyebut secara rinci organisasi mana yang dimaksud. Namun, di media sosial, Butina tampak kerap menghadiri acara-acara Asosiasi Senjata Api Nasional (NRA).

Pengacara Butina membantah semua tuduhan yang diarahkan ke kliennya.

'Siap untuk perintah lanjutan'
Departemen Kehakiman AS menuduh Butina bekerja "di bawah perintah dan kendali" seorang pejabat senior Rusia yang namanya tidak disebut dalam berkas dakwaan.

Dokumen pengadilan menyebutkan pejabat Rusia itu merupakan atasan langsung Butina dan yang melatihnya melalui pesan-pesan daring.

"Saat ini semuanya harus senyap dan hati-hati," sebut catatan yang diduga ditulis Butina melalui pesan pribadi Twitter, sebulan sebelum pemilihan presiden AS pada 2016 lalu.

Pada malam sebelum pemungutan suara, dokumen pengadilan menyebutkan Butina mengirim pesan ke pejabat Rusia. Isinya, "Saya akan tidur. Di sini jam 03.00. Saya siap untuk perintah lanjutan."

Departemen Kehakiman mengatakan Butina mencoba menciptakan jalur komunikasi "terselubung" guna "menembus proses pengambilan kebijakan nasional AS".

Semasa beraktivitas di AS, Butina disebut membina hubungan dengan sejumlah kelompok konservatif pro-senjata.

Pada suatu masa dalam pemilihan presiden, dia dan pejabat Rusia dituduh mencoba menjembatani pertemuan antara Trump dan Putin. Namun, upaya itu gagal.

Lalu, saat Trump mengemukakan visi-misinya kepada publik pada Juli 2015, Butina bertanya Trump yang saat itu masih berstatus kandidat presiden mengenai pandangannya terhadap Rusia.

Tahun berikutnya, Butina bertemu Donald Trump Jr di sebuah konvensi NRA.

Sumber: BBC News Indonesia, detik.com | Editor: Jandri





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved