Kamis, 25 April 2024
laku Pencabul Bocah Hingga Hamil dan Melahirkan Ditangkap Polsek Siak Hulu | Lagi, Satnarkoba Polres Kampar Tangkap Pelaku Narkoba di Kebun Sawit Desa Kualu | KPU Provinsi Riau Buka Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubri-Wagubri 2024 | Rangkaian HUT ke-7 Tahun, SMSI Riau Gelar Workshop Publisher Rights Bersama Ketua Dewan Pers | Rangkaian HUT ke-7 Tahun, SMSI Riau Gelar Workshop ''Publisher | Cak Imin Nyatakan Kerja Sama dengan Prabowo di Pemerintahan Berikutnya
 
Sosial Budaya
Melihat Tradisi Cian Cui di Meranti, Bukan Ritual Agama Tapi Budaya

Sosial Budaya - - Jumat, 08/02/2019 - 08:03:40 WIB

SULUHRIAU, Meranti- Ribuan warga Kepulauan Kabupaten Meranti larut dalam perang air yang merupakan agenda tahunan daerah itu, yang tahun ini resmi dibuka Bupati Meranti Irwan Nasri, Kamis (7/2/2019) kemarin.

Festival Perang Air yang disebut juga Cian Cui oleh masyarakat Tionghoa  dipusatkan di Jalan Ahmad Yani, Kota Selatpanjang.

Pembukaan Perang Air ditandai dengan pelepasan balon ke udara oleh Bupati Kepulauan Meranti didampingi anggota DPR RI Jon Erizal yang dilanjutkan dengan penembakan senapan air pertama oleh Bupati dan rombongan.

Dalam kegiatan itu Wakil Bupati juga berkesempatan menyerahkan penghargaan kepada para inisiator Festival Cian Cui kepada Mantan Kapolres Pandra yang kni bertugas di Mabes Polri AKBP Zahwani Pandra Arsyad, Istri Almarhum Pendi yang juga Angota DPRD Meranri Linda Wati, Anggota DPRD Meranti Darwin dan Uyung Meranti.

Dalam sambutannya, Bupati Kepulauan Meranti H Irwan M.Si mengungkapkan, Festival Perang Air yang berhasil meraih Penghargaan Pesona Indonesia Kategori ivent Wisata Paling Kreatif dan Populer di Indonesia.

Cian Cui kata Bupati sama sekali bukan ritual agama, tetapi merupakan kebiasaan dari masyarakat Meranti tempo dulu dalam menyemarakan Hari Raya Idul Fitri dengan melakukan siram-siraman air, berangkat dari kebiasaan itu diadopsi oleh masyarakat Tiong Hoa dengan Perang Air atau yang dikenal dengan Cian Cui seperti saat ini.

"Perang Air ini tidak ada kaintannya dengan agama apapun apakah Budha, Konghucu, Perang Air merupakan kebiasaan warga Selatpanjang yang dimainkan pada dua hari raya yakni Idul Fitri dan Imlek namun seiring dengan berjalannya waktu Perang Air pada perayaan Imlek jauh lebih meriah dan tiap tahun semakin ramai," jelas Bupati.

Perang Air merupakan kegiatan kegembiraan seluruh warga Kepulauan Meranti, baik yang berasal dari suku Melayu atau Suku Tionghoa dan suku lainnya. Semuanya berbaur menjadi satu berhembira menikmati suasana Perang Air yang hanya dilaksanakan sekali dalam setahun.

"Perang Air ini tidak ada kaintannya dengan agama apapun apakah Budha, Konghucu, Perang Air merupakan kebiasaan warga Selatpanjang yang dimainkan pada dua hari raya yakni Idul Fitri dan Imlek namun seiring dengan berjalannya waktu Perang Air pada perayaan Imlek jauh lebih meriah dan tiap tahun semakin ramai," jelas Bupati.

Untuk terus mengembangkan Cian Cui sebagai langkah awal Bupati Irwan mengajak masyarakat menyatukan persepsi dengan pemerintan bagaimana membuat ivent ini (Cian Cui.red), menjadi ramai dan terkenal didunia. Sehingga orang mau berbondong-bondong datang ke Meranti dan mampu memberikan multyplier efek positif yang luar biasa bagi Meranti khususnya dalam peningkatan ekonomi masyarakat.

Bupati tidak menapik masih adanya polemik dan penolakan oleh sebagian masyarakat menyikapi Festival Perang Air ini, hal itu menurut Bupati memberikan dampak negatif bagi kunjungan wisata Meranti.

"Sebelumnya Duta Besar Thailand, Duta Besar Tiongkok, Taiwan dan Autralia mau datang namun karena adanya isu isu yang menjadi polemik akhirnya mereka membatalkan niatnya ke Meranti," aku Bupati.

Namun, kunjungan kegiatan Cian Cui ini tiap tahunnya di Meranti bisa mencapai 20 ribuan orang. 

Usai membuka Perang Air, Bupati Irwan dan Anggota DPRD Jon Erizal berbaur dengan ribuan masyarakat Meranti ikut melakukan Perang Air. Yang menjadi ivent terunik di dunia itu, karena merupakan  satu-satunya di Indonesia dan hanya ada dua didunia, Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti dan Thailand. Hebatnya lagi, jika di Thailad hanya berlangsung satu hari, di Meranti digelar hingga satu minggu penuh yang dimulai sejak perayaan Imlek atau tahun baru China.

Dalam Perang Air, itu seluruh masyarakat Selatpanjang baik suku Tionghoa, Melayu atau lainnya, tak pandang bulu baik tua-muda larut dalam kegembiaraan. Dalam perang Air itu kelompok warga ada yang berkeliling kota menggunakan becak motor dan ada juga yang menanti korbanya dipinggir-pinggir jalan protokol sambil menyandang senjata air.

Tak ayal lagi siapapun yang melewati jalan tersebut tak luput dari sasaran tembak warga lainnya hingga basah kuyup, hebatnya tak ada dendam dalam ivent ini kelompok warga maupun perorangan yang melakukan aksi itu sudah siap untuk ditembak dan menembak, hebatnya lagi semakin basah kuyup suasana menjadi semakin seru dan semarak.

Anggota DPR RI Jon Erizal menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti berhasil mengemas Cian Cui menjadi ivent wisata yang sangat potensial.

Kegiatan Perang Air atau Cian-Cui di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, dimulai pada sore hari tepatnya pukul 16.00 Wib. [jan,tmy]





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved