Jum'at, 26 April 2024
Polsek Tambang Tangkap Pelaku Narkoba di Depan SPBU Rimbo Panjang | Mantan Bupati Inhil Indra Muchlis Adnan Meninggal Dunia, Pj Gubri Sampaikan Ucapan Duka | Kapolda Riau M Iqbal: Jangan Ada Lagi Diksi Kampung Narkoba di Pekanbaru, Sikat Habis! | Peringatan 78 Tahun TNI AU Masyarakat Riau akan Disuguhi Aneka Atraksi di Lanud Roesmin Nurjadin | SULUHRIAU, Pekanbaru – Ribuan pendaftar calon anggota Polri dari 12 kabupaten/kota memenyhi halama | Sumringahnya Timnas Indonesia di Piala Asia U-23 2024 setelah Kalahka Korsel Melalui Adu Penalti
 
Metropolis
Emak-emak 'Gruduk' Kantor KPU Pekanbaru Karena tak Dapat Nyoblos

Metropolis - - Kamis, 18/04/2019 - 20:29:09 WIB

SULUHRIAU, Pekanbaru- Ratusan warga yang didominasi emak-emak menggeruduk kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pekanbaru di Jalan Arifin Achmad,  Riau, Rabu (17/4/2019) petang.

Mereka protes lantaran tidak bisa mencoblos dan berharap kejadian serupa tak terjadi lagi pada pemilihan umum berikutnya.

Salah seorang peserta Demo, warga Sidomulyo, saat mendatangi KPU mengatakan, aksi itu dilakukan karena tidak bisa mencoblos meski sudah antri di TPS sejak pukul 08.00 WIB.

Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) mengaku sudah kehabisan surat suara.

"Tidak makan saya untuk bisa mencoblos, sampai siang juga gak bisa, disuruh ke KPU tapi gak ada hasil," kata perempuan berusia 63 tahun ini di kantor KPU.

Menurutnya, anggaran surat suara itu menelan biaya triliunan rupiah . Diapun mempertanyakan kenapa surat suara bisa kurang pada hari pencoblosan.

"Kami tidak cari uang, yang kami butuhkan itu bisa menyalurkan hak suara untuk lima tahun mendatang," ucap Magdalena.

Warga lainnya, Arya Pratama juga mendatangi KPU karena surat keterangan dari RT di perumahannya tidak dianggap KPPS. Petugas menyebut surat suara cadangan tidak cukup dan diutamakan bagi masyarakat yang punya undangan mencoblos.

"Saya tidak masuk DPT, padahal saya sudah hampir tujuh tahun tinggal di Kelurahan Simpang Tiga, surat keterangan tidak berlaku," katanya Magdalena.

Arya mengaku datang ke TPS 24 pukul 10.00 WIB sesuai jadwal bagi warga yang tidak masuk DPT. Hingga siang, petugas memintanya datang ke TPS sebelah dengan harapan masih ada surat suara di sana.

"Saya datang ke TPS lain, jawabannya sama, pas datang ke KPU, hanya polisi yang ada di sini," ucap Arya.

Di samping itu, Panitia Pemungutan Suara (PPS) Desa Krueng Meuseugop, Kecamatan Simpang Mamplam, Kabupaten Bireuen, Aceh, punya cara tersendiri agar pemilih tertarik dengan mendirikan TPS unik berkonsep alam.

Misalnya di TPS 01 dan 02 Desa Krueng Meusugop ini yang dibuat dengan bahan dari daun kelapa, jerami, buah ara, dan berbagai dedaunan lain. Bentuknya serasi dengan lingkungan desa tersebut yang berada di dekat pegunungan dan dialiri sungai.

"Ide ini dapat dari salah satu anggota PPS, Tengku Abdul Aziz. Menurut beliau, menggunakan bahan dari hasil alam biar tampil beda dengan yang lain. Indah dipandang karena desa ini berdekatan dengan pergunungan," Ketua PPK Simpang Mamplam, Rona Riani kepada Liputan6.com, Rabu siang (17/4/2019).

Di desa ini hanya terdapat dua TPS yang berjarak sekitar delapan meter antara satu sama lain. Jumlah pemilih di desa ini seluruhnya 345 orang.

"Keliatan sejuk waktu dilihat, karena dibuat dari dedaunan semua, dan letak TPS-nya pun sangat strategis, dekat sungai," imbuh Rona.

Pemungutan suara di desa tersebut masih berlangsung menjelang tengah hari dan berlangsung aman tanpa hambatan atau kendala. (slt)





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved