Jum'at, 26 April 2024
Polisi Gerebek Bandar Narkoba Kampung Dalam, Ada yang Mencebur ke Sungai dan Satu Orang Diamankan | Ketua LPTQ: Pekanbaru Berpeluang Besar Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Tingkat Provinsi Riau | Tak Kantongi Izin, Disperindag Pekanbaru Segel Dua Gudang di Komplek Pergudangan Avian | laku Pencabul Bocah Hingga Hamil dan Melahirkan Ditangkap Polsek Siak Hulu | Lagi, Satnarkoba Polres Kampar Tangkap Pelaku Narkoba di Kebun Sawit Desa Kualu | KPU Provinsi Riau Buka Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubri-Wagubri 2024
 
Ekbis
Diluar Kebiasaan, Ekspor Karet RI Turun 200 Ribu Ton dalam Enam Bulan

Ekbis - - Rabu, 24/07/2019 - 15:46:29 WIB

SULUHRIAU- Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia atau Gapkindo, Moenardji Soedargo mengatakan, terjadi penurunan ekspor karet Indonesia sekitar 200 ribu ton sejak Januari hingga Juni 2019.

Dia mengaku, meskipun penurunan itu sudah dirasakan pihaknya sejak tahun lalu, namun dalam enam bulan terakhir ini dampaknya makin terasa bagi Gapkindo.

"Sejak awal tahun ini (turun). Pokoknya ekspor kita Januari-Juni itu turun 200 ribu ton," kata Moenardji di kantor Kemenko Perekonomian, kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (24/7/2019).

"Sebenarnya tahun lalu juga ada penurunan, cuma kita enggak merasa itu sesuatu yang abnormal, mungkin seasonal. Tapi tahun ini kok luar biasa turunnya," ujarnya.

Moenardji mengakui hal itu dikarenakan kurangnya pasokan bahan baku karet, yang memang dirasakan pihaknya sejak awal tahun ini.

"Tahun ini berasa, loh kok belum musim-musimnya gugur daun kenapa kok sudah turun. Lalu kok pendapatannya kurang," kata Moenardji.

Gapkindo menilai masalah penurunan pasokan bahan baku karet ini merupakan hal yang sangat serius bagi pihaknya. Oleh karenanya, Gapkindo pun telah meminta pemerintah turut campur tangan dalam menangani masalah tersebut.

Sebab, Moenardji mengaku heran dengan fenomena yang menurutnya anomali di pasaran, karena harga karet juga tak kunjung membaik meskipun pasokan karet sangat berkurang.

"(Harga karet per kilogram) masih di bawah US$2, aneh ya. Enggak ada barang, tapi harga enggak naik. Market ini kenapa sih? Market tertekan jadi ada anomali apa di pasar internasional," kata Moenardji.

Mengenai adanya kemungkinan terjadinya stuck dalam hal permintaan akan produksi karet ini, sehingga kelangkaan pasokan tak mampu menaikkan harga karet, Moenardji pun membantah hal tersebut.

"Kalau demand, katanya penjualan automobil sales turun. Memang yang pakai ban itu cuma pabrik mobil baru? mobil yang lama kan tetap jalan dan harus ganti ban. Jadi itu di luar pemahaman kita," ujarnya.

Editor: Jandri |Sumber: Viva.co.id






 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved