Kamis, 28 Maret 2024
303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan | Nuzul Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan | Guru SD Ditemukan Membusuk di Desa Rimbo Panjang, Diduga Ini Penyebab Korban Meninggal
 
Kesehatan
Opini
'Cowboy' Virus Corona (Covid-19)

Kesehatan - - Minggu, 05/04/2020 - 09:06:56 WIB

MEREBAKNYA berita virus Wuhan China awalnya dianggap asing oleh masyarakat, namun begitu WHO sebagai organisasi kesahatan dunia meliris virus corono dengan sebutan Covid 19 sebagai pandemi global, maka Covid 19 menjadi seksi, sehingga menjadi tranding topic  pemberitaan diberbagai media massa dan media sosial tidak hanya itu, covid 19 menjadi topik diskusi informal dikalagan masyarakat baik di tempat mewah maupun dipojok warung tempat nonggrong kaum kelas awam.
Keberadaan covid 19 atau lebih akrab disapa dengan Virus Corona, laksana legenda cowboy di Amerika atau Spayol.

Cowboy digambarkan sebagai sosok laki-laki yang memiliki skill multi telenta sebagai pengembala diperternakan yang dapat diandalkan. Sosok cowboy dinilai tidak saja sangat berjasa dalam melindungi kepetingan pemilik ternak, tetapi cowboy juga digambarkan sosok laki-laki penjahat, kejam dan sikma jahat lainnya. kedatangan cowboy membawa kebahagiaan dan ketakukan bagi masyarakat sehingga makna cowboy sangat tertaut dengan untuk apa serta  kepentigan siapa. 

Berbagai rumor dan meme mengenai covid 19 bertebaran dalam masyarakat, mulai dari meme-rumor tik-tok sampai rumor ekonomi dan politik.  Rumor dan meme tersebut merupakan bentuk ekspresi masyarakat dalam mensikapi covid 19. Disamping itu rumor dan meme itu lahir sebagai penjewantahan masyarakat terhadap kesimpang siuran informasi yang mereka terima.
Sebagai orang awam, masyarakat mewujudkan sikap dan perilaku mereka dalam menyambut kedatangan virus corona (covid 19) dihubungan antara informasi yang mereka terima dengan apa yang mereka hadapi dalam dunia realitanya, bagi mereka covid 19 bukan sesuatu yang di takuti dikala covid 19 di hadapkan dengan persoalan hidup mereka. Disaat covid 19 itu datang maka di sambut dengan guyonan (candaan).

Candaan social kelas menengah kebawah ini bukanlah candaan yang dilakukan secara ikhlas, tetapi candaan sebagai bentuk pengalihan perhatian diri mereka di kala mereka dihadapkan kepada pilihan antara ketakutan dan kelangsungan hidup. Mereka dihadapkan kepada situasi yang sulit, namun mereka tidak mendapatkan sebuah pegangan yang kuat. Sosial kelas menengah ke bawah ini ibaratkan sedang hanyut dalam derasan air mbah, sehingga mereka memegang apa saja yang dapat dipegang walaupun yang dipegang itu rumput yang rapuh.

Meskipun pegangan rapuh itu tetapi bagi mereka hal itu mengandug harapan sesaat.

Sementara itu kedatangan covid 19 dikalangan intelektual, disampung sebagai data yang mengandung informasi. Covid 19 ibarat sederatan data-data yang dapat diolah selanjutnya akan kemas secara ilmiah, logika, masuk akal dan sebagainya, sehingga hasil olahannya dapat menjadi bahan yang layak dijual untuk memenuhi kepuasaan para pemerhati covid 19.

Disisi lain, kehadiran Covid 19 ini bagai oknum-oknum politisi, kehadiran sosok tentara Allah Swt yang tak kasat mata ini dipandang sebagai onggokan kembang api yang disangat menarik perhatian masyarakat apabila mampu di kemas dengan apik (cantik dan menarik) .

Implementasi diwujudkan dengan berbagai skanario politik, ketengan, konsepotor, pro rakyat atau dalam kontek pencitraan lainnya, tanpa memperdulikan apa kata orang lain.

Bagi mereka yang menganggap covid 19 sebagai amunisi pencitraan, maka komoditi covid 19 ini harus dipelihara dengan seksama, agar tidak menjadi komoditi yang blunder. Sebagai komoditi politik, covid 19 selalu di kemas mejadi komoditas popular, artinya keberadaan covid 19 harus selalu menjadi trandig topic melalui pesan-pesan keberpihakan meskipun pesan itu harus selalu berganti nama.

Berbagai wacana digulirkan bahkan agak miris ada pesan wacana mengandung inkonsistenan., malahan dinilai apa yang diwacanakan para pihak-pihak tertentu tidak nyampung dengan apa wacana yang ada dalam masyarakatnya, sehingga wacana itu enak di dengar sulit dicerna serta di realisasikan oleh sosial menengah ke bawah, dalam bahasa kampung disebut, 'iyokan di uwang lalun yang di awak' maksudnya, (seakan-akan setujui saja apa yang inginkan orang lain tetapi lakukan apa yang sudah diptuskan walupun tidak sejalan dengan orang lain).

Akan tetapi di sisi lain bagi mereka yang ikhlas melayani masyarakat, maka lebih awal menyusun perencaan bagaimana menghadapi kehadiran Covid 19 ini, namun anehnya sikap demikian dianggap sebagai pencuri star, pelakor politik, bahkan di anggap bertindak telah melampaui batas kewenangan.

Dari berbagai rumor dan meme Covid 19 yang berkeliaran di tengah masyarakat mengandung serba ketidakpastian kecuali hanya kecemasanlah yang mejadi kepastian itu sendiri, hal ini menimbulkan pertanyaan,  Cowboy apa dan siapa Covid 19 ini?

Jawabannya Covid 19 adalah Cowboy pelakor, karena keberadaan cowboy itu tidak terlepas dari sumbangsih tuan pemilik ternak. Kata lain cowboy itu ada kerena adanya pemilik ternak yang lebih kuat dari cowboy itu sendiri. Wallohua'lam.

Oleh: DR. Elfiandri. M.Si
Penulis Adalah Dosen Komunikasi UIN Suska Riau






 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved