Jum'at, 26 April 2024
Polisi Gerebek Bandar Narkoba Kampung Dalam, Ada yang Mencebur ke Sungai dan Satu Orang Diamankan | Ketua LPTQ: Pekanbaru Berpeluang Besar Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Tingkat Provinsi Riau | Tak Kantongi Izin, Disperindag Pekanbaru Segel Dua Gudang di Komplek Pergudangan Avian | laku Pencabul Bocah Hingga Hamil dan Melahirkan Ditangkap Polsek Siak Hulu | Lagi, Satnarkoba Polres Kampar Tangkap Pelaku Narkoba di Kebun Sawit Desa Kualu | KPU Provinsi Riau Buka Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubri-Wagubri 2024
 
Internasional
Mirip Zaman Umar bin Khattab, Seorang Ibu di Kenya Masak Batu untuk Anaknya yang Kelaparan

Internasional - - Sabtu, 02/05/2020 - 11:18:42 WIB

SULUHRIAU - Seorang ibu di Kenya, Peninah Bahati Kitsao mendadak viral setelah banyak warga Kenya berbondong-bondong meramaikan rumahnya untuk membantu. Diketahui, janda 8 anak ini mengelabui anak-anaknya seolah si ibu memasak makanan, tetapi yang dimasak ternyata batu.

Peristiwa ini mirip dengan yang terjadi dialami sahabat Rasulullah SAW, yakni Khalifah Umar bin Khattab. Saat itu ia juga mendapati seorang wanita yang memasak batu untuk menenangkan anaknya yang kelaparan.

Begitupun yang terjadi di zaman sekarang ini, dimana Peninah Bahati Kitsao yang tinggal di Mombasa, Kenya, berharap anak-anaknya tertidur sementara menunggu makanan mereka masak.

Biasanya si ibu itu sebelum corona datang, ia menyediakan jasa mencuci pakaian, tetapi sesudah orang-orang membatasi keluar rumah karena virus corona, tak ada pekerjaan untuknya.

Prisca Momanyi, tetangga Kitsao melihat penderitaan tetangganya itu dan merekamnya hingga kemudian mendapat perhatian media.

Kitsao kemudian diwawancara oleh stasiun TV Kenya, NTV. Kisahnya jadi perhatian dan janda delapan anak ini menerima banyak sumbangan lewat rekening bank yang dibuka oleh Momanyi untuknya. Tapi Kitsao tidak bisa membuka rekening bank-nya sendiri karena ia buta huruf.

"Keajaiban di tengah kesulitan"

Kitsao yang tinggal di rumah dengan dua kamar tidur tanpa listrik dan tanpa fasilitas air mengalir, menggambarkan kedermawanan orang-orang ini sebagai “keajaiban”.

“Saya tidak percaya bahwa warga Kenya bisa begitu memberi kasih sayang, hingga saya menerima telepon dari seluruh negeri bertanya bagaimana cara mereka bisa membantu,” katanya kepada situs berita Tuko dilansir Okezone.com.

Katanya kepada NTV, anak-anaknya tidak terlalu lama terkecoh dengan taktiknya memasak batu. “Mereka segera tahu saya berbohong, tapi saya tak bisa apa-apa, karena tak punya apa-apa,”

NTV melaporkan, kisah Kitsao menjadi viral ketika Prisca Momanyi mendengar suara anak-anak menangis dan ia ke rumah Kitsao untuk memeriksa apakah keluarga itu baik-baik saja.

Program Bantuan


Sebagai upaya meringankan beban mereka yang paling rentan dilanda krisis virus corona, pemerintah Kenya telah meluncurkan program pemberian makanan.

Namun program ini belum mencapai Kitsao dan keluarganya, yang baru saja ditinggalkan ayah mereka tahun lalu yang terbunuh oleh geng kriminal.

Tetangga Kitsao juga berterima kasih kepada pemerintah setempat dan Palang Merah Kenya yang ikut serta membantu.

Banyak rumah tangga di kawasan kota dekat pantai kini mulai mendapatkan bantuan program pemberian makanan, menurut pihak berwenang.

Seperti halnya banyak warga miskin Kenya, Kitsao sulit mendapatkan penghasilan sejak bulan lalu ketika pemerintah mulai menetapkan aturan pembatasan pergerakan untuk mencegah penyebaran virus corona. Termasuk dalam langkah itu adalah larangan keluar-masuk ke kota-kota besar.

Perusahaan-perusahaan mengurangi atau menghentikan sementara operasi mereka, dan ini berdampak kepada pekerja harian dan kontrak yang kehilangan sumber pemasukan, dan tak punya alternatif.

Para pengusaha kecil juga terdampak akibat adanya pembatasan gerak yang berlaku secara nasional.

Kisah Kitsao ini bertepatan dengan terungkapnya fakta bahwa menteri kesehatan Kenya menghabiskan anggaran besar – yang asalnya dari sumbangan Bank Dunia untuk merespon virus corona – untuk belanja teh, makanan ringan, dan biaya pulsa untuk staf.

Rincian berapa orang yang mendapat bagian dari anggaran itu tidak jelas, tetapi tindakan itu menimbulkan kemarahan di media sosial. Pemerintah dianggap melakukan pemborosan di saat warga Kenya terus menderita. Hingga kini, Kenya mencatat adanya 359 kasus positif Covid-19 dengan 17 kematian. (***)





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved