Jum'at, 29 Maret 2024
Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan | Nuzul Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
 
Kesehatan
Pria yang Percaya Virus Corona adalah Hoaks Kehilangan Istrinya Akibat Covid-19

Kesehatan - - Selasa, 25/08/2020 - 09:30:38 WIB

SULUHRIAU- Seorang pengemudi taksi di Amerika Serikat yang meyakini klaim bahwa virus corona adalah hoaks, kehilangan istrinya akibat Covid-19.

Brian Lee Hitchens dan istrinya, Erin, membaca teori-teori daring yang menyebut bahwa virus corona direkayasa, terkait dengan 5G atau penyakit yang mirip dengan flu.

Pasangan itu tidak mengikuti panduan kesehatan atau mencari bantuan ketika mereka jatuh sakit pada awal Mei.

Brian pulih tetapi istrinya yang berusia 46 tahun sakit kritis dan meninggal bulan ini karena masalah jantung yang terkait dengan virus tersebut.

Brian berbicara kepada BBC pada Juli sebagai bagian dari penelusuran terkait korban jiwa akibat kesalahan informasi virus corona. Saat itu, istrinya menggunakan ventilator di rumah sakit.

Teori konspirasi yang mematikan

Erin, seorang pendeta di Florida, memiliki masalah kesehatan - dia menderita asma dan gangguan tidur.

Suaminya menjelaskan bahwa pasangan tersebut tidak mengikuti panduan kesehatan pada awal pandemi karena klaim palsu yang mereka lihat secara daring.

Brian terus bekerja sebagai sopir taksi dan membeli obat untuk istrinya tanpa mematuhi aturan jarak sosial atau mengenakan masker.

Mereka juga tidak mencari bantuan sesegera mungkin ketika mereka sakit pada bulan Mei lalu dan keduanya kemudian didiagnosis dengan Covid-19.

Brian dan Erin membaca teori-teori konspirasi di Facebook dan mempercayainya.

Brian mengatakan kepada BBC News bahwa dia "berharap mendengarkan dari awal" dan berharap istrinya akan memaafkannya.

"Ini adalah virus nyata yang mempengaruhi orang secara berbeda. Saya tidak bisa mengubah masa lalu. Saya hanya bisa hidup di hari ini dan membuat pilihan yang lebih baik untuk masa depan," jelas Brian dilansir dari BBCIndonesia.com, Selasa (25/8/2020).

"Dia tidak lagi menderita, dia sekarang sudah damai. Saya melewati masa-masa merindukannya, tapi saya tahu dia berada di tempat yang lebih baik."

'Hal ini nyata'

Brian mengatakan dia dan istrinya tidak betul-betul yakin dengan keberadaan Covid-19.

Sebaliknya, mereka berpikir virus itu tipuan, terkait dengan teknologi 5G, atau memang penyakit yang nyata, tetapi ringan.

Mereka menemukan teori itu di Facebook. "Kami pikir pemerintah menggunakannya untuk mengalihkan perhatian kami," jelas Brian, "atau ini berkaitan dengan 5G."

Tetapi setelah pasangan itu jatuh sakit karena virus pada bulan Mei, Brian menulis di akun Facebook-nya bahwa dia telah disesatkan oleh apa yang dia lihat secara daring tentang virus tersebut.

"Jika Anda harus keluar rumah tolong bijaksana dan jangan bodoh seperti saya dulu agar hal yang terjadi pada saya dan istri saya, tidak terjadi pada Anda," tulisnya.

Pada bulan Mei, tim BBC yang melacak informasi yang salah terkait virus corona, menemukan info-info seperti itu telah menyebabkan sejumlah serangan, pembakaran, dan kematian.

Para dokter dan ahli telah memperingatkan bahwa potensi bahaya tidak langsung yang disebabkan oleh rumor, teori konspirasi, dan informasi kesehatan yang buruk secara online tetap besar - terutama karena konspirasi anti-vaksinasi sedang menyebar di media sosial.

Sementara perusahaan media sosial telah berupaya untuk mengatasi informasi yang salah tentang virus corona di platform mereka, para kritikus berpendapat bahwa masih banyak yang harus dilakukan dalam beberapa bulan mendatang.

Seorang juru bicara Facebook mengatakan kepada BBC: "Kami tidak membiarkan informasi yang berbahaya ada di platform kami dan antara bulan April dan Juni kami sudah menghapus lebih dari tujuh juta informasi menyesatkan terkait Covid-19, termasuk klaim yang berkaitan dengan obat palsu atau pendapt bahwa jarak sosial tidak efektif." (***)






 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved