Jum'at, 29 Maret 2024
PHR Kembali Gelar Lomba Karya Jurnalistik PENA untuk Wartawan Riau | Mesjid Taqwa Muhammadiyah Tuah Madani 6 Gelar Shalat Jumat Perdana | Menguak Misteri Lailatul Qadar | Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu
 
Internasional
Pelaku Penembakan dua Masjid di Selandia Baru yang Tewaskan 51 Orang Dipenjara Seumur Hidup

Internasional - - Kamis, 27/08/2020 - 10:00:40 WIB

SULUHRIAU- Hakim pengadilan di Selandia Baru menghukum Brenton Tarrant, warga Australia yang menembak mati 51 jemaah Muslim di dua masjid di Christchurch tahun lalu, dengan hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat pada sidang hari Kamis (27/8/2020).

Hakim mengatakan Tarrant tidak memiliki empati terhadap korbannya. Hakim juga mengatakan bahwa Tarrant tidak menyesal atau merasa malu.

Dilansir dari BBCIndonesia.com, dalam sidang menjelang vonis, Tarrant memilih tidak menggunakan haknya untuk berbicara, dan sebagai gantinya pengacara yang ditunjuk pengadilan akan menyampaikan pernyataan ringkas atas nama terdakwa.

Tarrant, 29, telah mengaku bersalah membunuh 51 orang, 40 percobaan pembunuhan, dan satu dakwaan kasus terorisme.

Dalam sidang menjelang vonis, hampir 90 orang yang terdiri dari penyintas dan keluarga penyintas serangan di dua masjid Kota Christchurch berbicara di hadapan Tarrant.

Sidang pada Rabu (26/8'2020) diwarnai derai air mata, pembacaan Alquran, dan foto-foto para korban.

Inilah sebagian dari pernyataan mereka yang kuat.

'Air mata ini bukan untuk Anda'


Ayah Sara Qasem meninggal dunia di Masjid Al Noor.

"Nama saya Sara Qasem. Putri dari seorang pria yang bersinar redup... Abdelfattah Qasem - ingatlah nama itu," kata perempuan berusia 24 tersebut.

Ia menceritakan saat-saat terakhir ayahnya, dengan mengatakan: "Saya bertanya-tanya apakah ia kesakitan, apakah ketakutan, dan apa yang dipikirkan di saat-saat terakhir. Dan lebih dari apapun di dunia, saya berharap saya bisa berada di sana memegang tangannya dan mengatakan semuanya baik-baik saja. Tapi saya tidak bisa melakukan itu."

Ditambahkan ia dan ayahnya punya rencana bersama yang sekarang tak bakalan terwujud, "yakni untuk bepergian bersamanya. Mencium aroma masakannya."

Qasem terlihat menguatkan dirinya saat ia mulai menangis. Ia melihat Tarrant dan mengatakan "air mata ini bukan untukmu."

'Putra saya bertanya, mengapa ia membunuh baba saya?'

Hamimah Tuyan, istri Zekeriya Tuyan, yang berjuang selama 48 hari sebelum meninggal karena luka-lukanya, mengatakan ia merindukan suaminya.

"Tidak ada uang sebanyak apa pun yang dapat mengembalikan ayah dari anak-anak saya dan suami saya. Saya merindukan masakan [nya], lelucon tak lucunya yang khas bapak-bapak, dengkurannya. Dia adalah pengawal saya, penghibur saya, penenang saya, sahabat saya," katanya .

"Anak laki-laki tertua saya hanya memiliki lima tahun kenangan dengan ayahnya, anak saya yang kecil- dan itu tidak cukup. Anak saya bertanya, mengapa dia membunuh baba (ayah) saya?

"Untuk membantu anak-anak saya mengerti, saya menjelaskan kepada mereka bahwa orang bodoh itu seperti anak laki-laki di sekolah mereka, yang tidak tahu cara bermain dengan anak-anak lain di pra-sekolah, jadi dia berkomunikasi dan mengungkapkan ketakutannya dengan memukul mereka terlebih dahulu.

"Saya melihat kerinduan di mata putra saya saat dia melihat anak laki-laki lain berpegangan tangan, membangun Lego bersama ayah mereka - bagaimana saya, ibu mereka, menghibur hati mereka yang sakit? Putra saya sangat mencintai baba mereka, biasanya mereka akan melompat ke tubuh ayah mereka, menciumnya setiap hari.

"Sekarang baba mereka tidak akan berada di sini untuk merayakan kesuksesan masa depan mereka - mereka tidak akan memiliki ayah yang akan memberi contoh hidup pada mereka.

"[Tetapi] tindakan keji Anda telah menyatukan ribuan orang Selandia Baru dalam solidaritas dengan kami. Saya merasa Anda adalah korbannya di sini - kami adalah penyintas."

'Anda adalah sampah masyarakat'

Ahad Nabi kehilangan ayahnya yang sudah lanjut usia, seorang haji di masjid Al Noor. Berbalut jersey klub rugby Warriors Selandia Baru, Ahad tidak menahan amarahnya saat berbicara dengan Tarrant.

Ia menyebut Tarrant sebagai sampah masyarakat. "Anda pantas untuk dikuburkan di tempat pembuangan sampah."

Dia juga meminta hakim untuk memastikan bahwa "sampah ini tidak pernah diizinkan untuk keluar dari penjara seumur hidupnya".

Ia menambahkan "ayah saya yang berusia 71 tahun dapat menghancurkan Anda menjadi dua bagian jika Anda menantangnya untuk berkelahi".

'Satu-satunya kejahatan mereka di mata Anda adalah menjadi Muslim'

Maysoon Salama, ibu dari Muhammad Ata Elayyan, menangis ketika dia berbicara tentang saat-saat terakhir sebelum kematian putranya.

Salama didampingi oleh temsan-teman dan keluarganya saat dia berbicara di pengadilan. Ia mengatakan bahwa sebagai seorang ibu, hatinya hancur "jutaan kali ... seperti merasakan sakit persalinan lagi dan lagi".

"Saya terus mencoba membayangkan bagaimana perasaan Ata yang saya cintai pada saat penyerangan itu," katanya.

"Bagaimana dia menghadapi penembak ... apa yang ada dalam pikirannya ketika dia menyadari bahwa dia akan meninggalkan kehidupan ini? Anda memberi diri Anda otoritas untuk mengambil jiwa 51 orang yang tidak bersalah, satu-satunya kejahatan di mata Anda adalah menjadi Muslim. "

'Anda membuat kami bersatu dengan lebih banyak tekad dan kekuatan'.

Wasseim Sati Ali Daragmih bersama putrinya di Masjid Al Noor ketika mereka ditembak beberapa kali.

Daragmih terlihat tegar ketika dia mendekati mimbar, berbicara langsung kepada Tarrant.

"Selamat siang semuanya - kecuali Anda," katanya. "Syukurlah kami selamat karena Anda tidak tahu bagaimana cara menggunakan senjata - kecuali dari titik nol."

Wasseim Daragmih mengatakan Brenton Tarrant gagal mencapai tujuannya.

Tarrant sendiri tertawa terbahak-bahak - lalu menahan diri dan menutup mulutnya.

Kata-kata Daragmih dengan cepat menjadi serius, dia mengatakan Tarrant telah "gagal" untuk menghancurkan komunitas mereka ".

"Anda mengira tindakan Anda telah menghancurkan komunitas kami dan mengguncang keyakinan kami, tetapi Anda belum berhasil. Anda telah membuat kami bersatu dengan lebih banyak tekad dan kekuatan," katanya.

"Jadi Anda telah gagal sepenuhnya. Jadi Anda telah gagal sepenuhnya." (***)

Editor: Jandri





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved