Jum'at, 29 Maret 2024
Menguak Misteri Lailatul Qadar | Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan
 
Religi
Asal Usul Shalat Tarawih,
Prof. Quraish Shihab: Masa Nabi, Shalat yang Kita Lakukan Setelah Isya Itu Tidak Dinamai Tarawih

Religi - - Rabu, 14/04/2021 - 16:46:28 WIB

SULUHRIAU- Selama bulan Ramadhan, kita biasanya shalat sunnah berjamaah setelah shalat isya di masjid.

Kita sering menyebutnya dengan shalat tarawih. Tapi sebetulnya, istilah shalat tarawih belum ada pada masa Nabi.

Namun praktiknya tetap ada, dahulu Nabi menyebutnya shalat malam, atau qiyamul lail. Mendirikan malam ramadhan dengan memperbanyak shalat sangat dianjurkan karena dalam hadis disebutkan:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه

“Barangsiapa bangun (shalat malam) di bulan Ramadan dengan iman dan ihtisab, maka diampuni baginya dosa-dosa yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah mengerjakan shalat malam beberapa kali di masjid, dan sisanya di rumah. Ini menunjukkan bahwa pengerjaan shalat malam, atau yang sekarang disebut shalat tarawih, sangat fleksibel dan disesuaikan dengan kondisi kita masing-masing.

Shalat tarawih berjamaah di masjid dengan satu imam dilakukan pertama kali pada masa Umar bin Khattab. Menurut Umar, alangkah baik dan bagusnya bila shalat tarawih dilakukan dalam satu masjid dengan satu imam. Untuk mewujudkan ide ini, Umar menunjuk Ubay bin Ka’ab sebagai imam. Dalam hadis riwayat al-Baihaqi dijelaskan jumlah rakaat shalatnya waktu itu dua puluh rakaat.

Prof. Quraish Shihab dalam program Shihab dan Shihab menjelaskan istilah tarawih muncul setelah masa Nabi.

Ketika shalat malam dilakukan para sahabat di masjid, dan diikuti oleh banyak ulama setelahnya. Shalat yang mereka lakukan sangat lama, sehingga mereka butuh istirahat setelah selesai salam pada masing-masing shalat. Karena mereka seringkali istirahat pada masing-masing shalat, akhirnya dinamai shalat ini dengan shalat tarawih.

Tarawih secara bahasa artinya istirahat. Orang pada masa dulu istirahat sebentar setelah salam sebelum melanjutkan shalat berikutnya.

Dari sejarah dan makna tarawih ini, kita bisa memahami bahwa Nabi Muhammad, Sahabat, dan ulama terdahulu, melakukan shalat malam dalam waktu yang lama. Ini menunjukkan keseriusan mereka dalam mendirikan malam Ramadhan. Saking lama dan melelahkan, mereka istirahat setelah dua atau empat rakaat.

Dari sini bisa dipahami, shalat tarawih yang baik adalah shalat yang lama. Aisyah pernah mengatakan, “Jangan kalian tanya berapa lama shalat Nabi”. Jadi kita tidak perlu mempermasalahkan apakah shalat tarawih yang benar itu 8 atau 20 rakaat. Masing-masing bagus, selama mempertahankan substansi dari shalat malam itu sendiri. [Hengki Ferdiansyah, Lc. MA/Islami.co]





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved