Selasa, 07 Mei 2024
PWI Riau Terima Surat Dukungan Resmi untuk HPN 2025 dari Pemprov Riau | Sat Lantas Polres Kampar Bersama ISDC Polda Riau Gelar Giat Police Goes To School di SMAN 1 Tambang | Peduli Palestina, Ribuan Mahasiswa dan Civitas Akademika Umri Gelar Aksi Unjuk Rasa | Tinjau Pembangunan Tribun Mini Lapangan Sri Serindit, Bupati: Ini Saksi Sejarah Kota Ranai | Transaksi Bazar UMKM BBI/BBWI Riau 2024 Catatkan Rp3,08 Miliar | Bawaslu Riau Serahkan Berkas Keterangan dan Alat Bukti ke MK untuk Hadapi Sidang PHPU
 
Sosial Budaya
KOLOM
Pawang Hujan

Sosial Budaya - - Selasa, 22/03/2022 - 07:33:36 WIB

SEBAGIAN orang percaya bahwa turunnya hujan merupakan penanda datangnya rezeki.

Akan tetapi, dalam kondisi tertentu, turunnya hujan terkadang justru dihentikan oleh seseorang yang disebut pawang hujang. Benarkah Sang Pawang mampu menghentikan hujan?

Adalah Rara Istiani Wulandari, Perempuan kelahiran Jayapura, Papua, pada 22 Oktober 1983 itu kini benar-benar menjadi terkenal.

Pekerjaannya dianggap hal klenik dan sangat disayangkan ditampilkan di pagelaran bertaraf Internasional yaitu MotoGP Mandalika.

Namun dipuji media asing dan akun MotoGP atas aksinya melakukan ritual menangkal hujan. Rara sebagai pawang hujan Mandalika turut menjadi sorotan utama di Pertamina Grand Prix of Indonesia, nama resmi MotoGP Mandalika, selain para pebalap yang bertanding.

Dalam wikipidia disebutkan Pawang Hujan adalah sebutan untuk seseorang dalam masyarakat Indonesia yang dipercaya memiliki ilmu gaib dan dapat mengendalikan hujan atau cuaca.

Umumnya, pawang hujan mengendalikan cuaca dengan memindahkan awan. Jasa pawang hujan biasanya dipakai untuk acara-acara besar seperti perkawinan, konser musik dan banyak lagi.

 Istilah pawang hujan sudah dikenal sejak dahulu kala, bahkan sudah ada sejak zaman manusia purba. Dahulu kala, pawang hujan atau disebut shaman ini tugasnya tidak hanya memanggil atau menghentikan hujan, tetapi juga menjadi tabib atau mengobati orang sakit. Seiring berkembangnya zaman, pawang hujan mulai tak lagi mendapat tempat.

Kini, prediksi hujan lebih banyak menggunakan sains, dan dikendalikan oleh lembaga seperti badan meteorologi.  

Menurut jurnal Objek-Objek Dalam Riwayat Penangkal Hujan oleh Imaniar Yordan Christy, tradisi tolak hujan juga dikenal dalam tradisi Kejawén (Jawa).

Ritual dilakukan dengan mendirikan sapu lidi yang ditusukkan cabai dan bawang merah dengan diiringi doa. Kemudian dikutip dari tulisan berjudul Tradisi Nyarang Hujan Masyarakat Muslim Banten (Studi di Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang), ritual terkait hujan ini sudah berlaku turun temurun.

Saking lamanya, tidak diketahui sejarah awal tradisi yang terus berakar hingga sekarang.
Munculnya tradisi ini merupakan bagian dari ihtiar manusia selaku makluk  berusaha membangun komunikasi dengan alam yang memiliki celah tiadanya kepastian.

Karena adanya hajat hidup manusia yang mengundang banyak orang. Agenda tersebut diharapkan bisa berlangsung dengan baik dan lancar, tanpa ada gangguan termasuk turunnya hujan.

Dalam tradisi ini, peran pawang hujan bukanlah menolak hujan, akan tetapi memindahkan atau menunda datangnnya hujan.

Pekerjaan sang pawang ini bukan tanpa tantangan, karena disaat dia bertugas selain mengamankan lokasi dari datangnya hujan, juga harus berhadapan dengan pawang hujan lain yang mungkin sekedar iseng mengganggu, atau sengaja melakukannya karena diminta untuk menggagalkan suatu acara dengan hujan.

Keberadaan pawang hujan ini bukan hanya di Indonesia, tapi juga ada di negara Asia lainnya, bahkan Eropa, Amerika, dan Afrika.

Jepang

Untuk menolak hujan mereka mempercayai boneka putih yang digantung di jendela. Boneka itu disebut teru-teru bozu. Boneka ini sudah digunakan sejak zaman dahulu sebagai penangkal hujan di Jepang.

Teru teru bozu adalah boneka tradisional Jepang yang terbuat dari kertas atau kain putih yang digantung di tepi jendela dengan menggunakan benang. Jimat ini diyakini memiliki kekuatan mendatangkan cuaca cerah dan menghentikan atau mencegah hujan. Dalam bahasa Jepang, teru adalah kata kerja yang berarti "bersinar" atau "cerah", dan bozu dapat berarti bhiksu.

Thailand

Thailand juga memercayai adanya ritual penghentian hujan. Biasanya, mereka akan menggunakan serai dan seorang gadis perawan sebagai penghalau hujan.

Masyarakat setempat akan menancapkan sebatang serai ke tanah dan meminta gadis perawan berdoa supaya hujan dapat segera berhenti. Beberapa sejarawan sudah mengakui keampuhan ritual ini setelah menyaksikannya secara langsung.

Ritual ini dipercaya dapat menangkal awan badai, sehingga cuaca dapat menjadi jauh lebih cerah. Bahkan, masyarakat Thailand yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi dan paham teknologi juga ikut melakukan ritual ini.

Eropa, Amerika dan Afrika

Selain di Asia, masyarakat Amerika dan Eropa tercatat pernah menggunakan jasa pawang hujan pada beberapa acara bergengsi. Pada 2018, rumah mode asal Perancis, Louis Vuitton, pernah menyewa pawang hujan asal Brasil untuk membantu kelancaran peragaan busana di Rio de Janeiro dan Kyoto, yang dilakukan diluar ruangan.

Hal serupa juga dilakukan Festival Teater Ibero-Amerika, yang menghadirkan ratusan perusahaan teater, grup tari, dan musisi dari beberapa negara keKolombia.


Apa yang dilakukan pawang hujan, adalah pembuktian kelemahan dan kepercayaan manusia terhadap Tuhan, sebagai Penguasa Tunggal Alam ini.

___________
Penulis adalah Kepala Subbag Tata Usaha Kemenag Kota Pekanbaru. [Isi tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis]





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved