Sabtu, 04 Mei 2024
Jepang Juara Piala Asia U23 2024, Putus Rekor Uzbekistan | DPD PKS Pekanbaru Rekomendasikan DR Muhammad Ikhsan Balon Walikota ke DPP | KPU Riau Siap Mutakhirkan 4.854.034 DP4 untuk Pilkada 2024 | Keji, Suami Pelaku Mutilasi Istri Sempat Tawarkan Daging Korban ke Ketua RT | Hebat!, 10 ribu Penari Riau Pecahkan Rekor Muri di Gebyar BBI BBWI Provinsi Riau 2024 | Gebyar BBI/BBWI dan Lancang Kuning Carnival Prov Riau Perhelatan Spektakuler, Pj Gubri: Ini Potensi
 
Sport
Opini
'BOLA MATI'

Sport - - Senin, 03/10/2022 - 06:35:11 WIB

MENONTON pertandingan sepak bola merupakan hobi yang menggembirakan dan memanjangkan umur. Namun apa jadinya karena hobi itu justru mengakibatkan kematian massal.

Sebuah tragedi yang tidak terbayangkan, karena sudah dipersiapkan secara matang, dan yang menonton itu hanya satu kelompok sporter klub yang bertanding saja, sungguh sangat memilukan.

Bagai gempa disiang bolong, menyentakkan rakyat Indonesia bahkan dunia juga terkejut. Tragedi yang mestinya tidak terjadi, entah siapa yang memulai sehingga sporter klub sepak bola yang dikenal dengan Aremania membuat kegaduhan setelah tim kesayangan mereka Arema FC kalah 3-2 oleh tim tamu Persebaya Surabaya di stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam WIB.

Lima Kerusuhan Suporter Terbesar di Indonesia

Dalam sejarah sepak bola di Indonesia paling tidak ada 5 kerusuhan suporter yang menelan korban nyawa,.

1. Persita vs Persikota (2011) - 2 tewas

Bentrok dua kelompok suporter dari tim sekota, Persita dan Persikota, menelan korban pada 2011. Insiden saling lempar antara Benteng Mania (suporter Persikota) dan Benteng Mania (Benteng Viola) mengakibatkan dua suporter meregang nyawa. Dari data yang didapatkan, dua suporter dari Benteng Viola yang masih berusia di bawah 17 tahun meninggal akibat pemukulan dan pengeroyokan.

2. Persibo vs Persebaya (2012) 5 tewas

Setahun berselang, ada insiden usai laga Persibo Bojonegoro vs Persebaya Surabaya pada Liga Indonesia 2012. Lima orang meninggal dunia, empat di antaranya terkonfirmasi sebagai Bonek, pendukung Persebaya. Kelima orang itu meninggal usai terkena lemparan batu saat berada di dalam kereta. Pelaku pelemparan ditengarai sebagai suporter Persela Lamongan yang saat itu hubungannya kurang baik dengan Bonek.

3. Persija vs Persib (2012) 3 tewas

Selain Arema FC vs Persebaya, laga Persija vs Persib juga menjadi partai paling panas di sepak bola Indonesia. Pada 2012, misalnya, tiga orang suporter Persija meninggal dunia akibat pengeroyokan. Ironisnya, itu bukan insiden terakhir yang menewaskan suporter akibat rivalitas panas Persija vs Persib.

4. Bentrok Aremania dan Bonek (2014) 3 tewas

Tiga orang Aremania meninggal dunia akibat bentrokan dengan Bonek di Tol Simo. Derby Jawa Timur antara Arema FC dan Persebaya memang terkenal sangat panas bahkan sebelum era Liga 1. Ketiga Aremania itu meninggal dunia diduga karena menjadi korban pengeroyokan.

4. Kerusuhan Kanjuruhan (2022) 153 tewas

 (AYOBANDUNG.COM Minggu 2/10/22)
Jauh meninggalkan catatan korban pada empat insiden sebelumnya. Data meninggal dunia 153 orang. (ayobandung.com Minggu, 2/10/22).

Kerusuhan Kanjuruhan menjadi yang paling besar di sepak bola Indonesia. Berdasarkan keterangan beberapa pihak, tragedi di Stadion Kanjuruhan bukan merupakan bentrok antarsuporter.

Sebab, Bonek sudah dilarang hadir ke markas Arema FC pada laga tersebut. Banyaknya korban meninggal dunia diduga karena sesak napas akibat gas air mata dan berdesakan saat keluar dari stadion.

Dari lima tragedi suporter  sepak bola yang terjadi tersebut, empat diantaranya terjadi diluar stadion pertandingan dan antar suporter dua tim yang bertanding tidak banyak menelan korban.

Sedangkan yang terakhir tragedi Kanjuruhan terjadi di dalam stadion dan bukan antar supporter, memang terasah aneh lalu apa yang menyebabkan suporter ini banyak yang tewas.

Mereka tewas karena berdesakan melarikan diri menghindar dari tembakan gas air mata, panik merncari pintu keluar berdesakan dan terinjak-injak, sesak napas dan tewas.

Tragedi yang terjadi tentunya tidak ada yang menghendaki, akan tetapi akar masalah dari apa yang terjadi harus digali dan dibuang dari sepak bola Indonesia agar peristiwa yang sama tidak terulang kembali. Introspeksi Diri, kembali ke jati diri bangsa dan agama

Hanya satu kata Introspeksi harus dilakukan semua eleman yang terlibat dalam penyelenggaraan sebuah pertandingan sepak bola, jangan saling menyalahkan, karena semuanya salah. Yang terpenting adalah benang merah dari tragedi ini dapat diurai, proses hukum tentu harus dilakukan karena menyangkut puluhan nyawa yang terjabut sia-sia.

Pancasila sebagai Falsafah meliputi nilai untuk hidup saling tolong menolong atau semangat gotong royong, rukun, saling menjaga keamanan dan pertahan serta saling menghargai dan memberi kebebasan beragama, dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara yaitu:
Ketuhanan Yang Maha Esa.

Seandainya falsafah Pancasila ini menjadi falsafah juga dalam pertandingan sepak bola, maka tentunya tidak ada supporter yang gelap mata, lupa diri dan membenci suporter dan tim sepok bola lawannya, begitu juga dengan pihak keamanan tidak pula bertindak diluar batas, karena kita adalah satu bangsa, satu tanah air dan satu Bahasa Indonesia.

Secara nilai-nilai luhur bangsa Indonesia apa yang terjadi ini akibat tidak menjadikan Pancasila sebagai falsafah hidup berbangsa dan bernegara.

Hal yang membuat miris lagi adalah, Jawa Timur sebagai Propinsi yang dikenal dengan Propinsi Santri tempat dimana ratusan pondok pesantren berdiri kokoh, tentunya kehidupan beragama juga sangat kental dalam semua aspek, yang bertanding adalah dua klub sepak bola satu Propinsi Jawa Timur, bersaudara Surabaya dan Malang semestinya rasa persaudaraan itu tidak dibunuh oleh panatik suporter sepak bola, sehingga rasisme dibangun sedemikian rupa, mengobarkan semangat tanpa batas, kecintaan yang menyesatkan didada para suporter sepak bola terhadap klubnya.

Dalam agama Islam baginda Nabi Muhammad Rasulullah telah bersabda seribu tahun lebih lalu menolak segala bentuk rasisme dimuka bumi ini. Sebagaimana sabda beliau;

“Wahai manusia, ingatlah bahwa Tuhan kalian satu, dan bapak kalian juga satu. Ingatlah, tidak ada keunggulan bagi orang Arab atas orang ‘ajam (non-Arab), tidak pula orang ‘ajam atas orang Arab, tidak pula orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, dan tidak pula orang berkulit hitam di atas orang berkulit merah; kecuali atas dasar ketakwaan." (HR Ahmad)

Akan tetapi masyarakat Indonesia yang notabenenya mayoritas telah berikrar sebagai seorang muslim, masih saja melestarikan rasisme hanya demi kepentingan segelintir orang.

Memanfaatkan emosi masyarakat untuk mengeruk keuntungan pribadi dan kelompoknya. Begitu banyak anak bangsa ini meregangkan nyawa hanya akibat marketing rasisme dalam sepakbola ini. Para suporter diaduk aduk emosi kedaerahannya agar menjadi suporter setia dan militan tanpa batas kemudian dibenturkan dengan kesebelasan yang lain yang emosinya juga terkontaminasi gerakan rasisme.

Sungguh sangat berbahaya sekali meletupkan emosi kedaerahan kepada ribuan suporter yang sedang berhadap hadapan dengan kesebelasan lain  yang keadaan emosinya sama sama terbakar. Sudah saatnya, simbol simbol kedaerahan dan kesukuan yang ada di beberapa klub sepakbola tanah air harus dihilangkan.

Jangan lagi kita bangsa Indonesia mau diadu domba dengan sepak bola, lupa Bhineka Tunggal Ika itu bukan sekedar symbol saja, tapi harus diterapkan dalam setiap napas kehidupan berbangsa dan bernegara. Pesan Rasulullah bukan saja untuk diingat saat di masjid atau sedang mengikuti pengajian saja, mesti menjadi tuntunan dan pedoman hidup  dfi dunia ini.

Jangan adalagi pihak-pihak yang menciptakan semangat rasisme ini pada suporter sepak bola hanya karena nafsu keuntungannya, ini juga perlu diselidiki siapa dalang dibelakang suporter yang menggila tersebut.

Agar menonton sepak bola kembali menjadi hoby yang menyenangkan dan memperpanjang umur, bukan sebaliknya menjadi "BOLA MATI" alias pergi nonton bola lalu mati. (*)

Penulis Plt. Kakan Kemenag Pekanbaru Pencinta Sepak Bola (Isi tulisan sepenuhnya tanggungjwab penulis)





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved