Terus lanjutkan amal kita. Mengembangkan khidmah kita. Menebar kasih-sayang semesta
Membangun peradaban baru yang mulia.Tuk kedamaian dan bahagia. Bersama Dalam ridha Allah Tuhan yang Maha Esa""> Terus lanjutkan amal kita. Mengembangkan khidmah kita. Menebar kasih-sayang semesta
Membangun peradaban" />
  Minggu, 05 Mei 2024
Jepang Juara Piala Asia U23 2024, Putus Rekor Uzbekistan | DPD PKS Pekanbaru Rekomendasikan DR Muhammad Ikhsan Balon Walikota ke DPP | KPU Riau Siap Mutakhirkan 4.854.034 DP4 untuk Pilkada 2024 | Keji, Suami Pelaku Mutilasi Istri Sempat Tawarkan Daging Korban ke Ketua RT | Hebat!, 10 ribu Penari Riau Pecahkan Rekor Muri di Gebyar BBI BBWI Provinsi Riau 2024 | Gebyar BBI/BBWI dan Lancang Kuning Carnival Prov Riau Perhelatan Spektakuler, Pj Gubri: Ini Potensi
 
Sosial Budaya
KOLOM
Pertaruhan Eksistensi NU di Abad Kedua

Sosial Budaya - - Rabu, 08/02/2023 - 09:01:32 WIB

"MARI kuatkan niat kita. Kita bulatkan tekad kita. Terus lanjutkan amal kita. Mengembangkan khidmah kita. Menebar kasih sayang semesta. Membangun peradaban baru yang mulia.
Tuk kedamaian dan bahagia
Bersama Dalam ridha Allah
Tuhan yang Maha Esa".


Bait terakhir lirik Mars Satu Abad NU yang ditulis oleh KH. Ahmad Mustofa Bisri yang biasa disapa Gus Mus, dan digubah oleh Tohpati Ario Hutomo dari Orkestra Simfoni Ceko yang diberi judul “Merawat Jagat Membangun Peradaban”, menggambarkan kekuatiran dan harapan Sang Penulis akan situasi warga NU saat ini, dan keinginan untuk NU masa depan.

Selama satu abad perjalanan NU sudah tak terbilang lagi yang dilakukan, pembuktian keistiqomahan NU dalam mengukuhkan diri sebagai gerakan keagamaan pengusung idea moderasi beragama. Organisasi yang berpijak pada doktrin Ahlussunnah wal Jamaah ini, berhasil memformulasikan pemikiran yang membentengi dirinya dari sunami ideologi transnasional yang mengibarkankan bendera Islam.

Moderasi Beragama bukan perkara baru bagi NU, ini dibuktikan pada Muktamar NU 1984 di Situbondo, sudah merumuskan sebuah visi yang mampuni, yaitu persaudaraan keislaman (Ukhuwwah Islamiyyah), persaudaraan kebangsaan (Ukhuwwah Wathaniyyah), dan persaudaraan kemanusiaan (Ukhuwwah Insaniyyah).

Tiga ukhuwwah yang disepakati ini terbukti berhasil menjaga NU secara organisasi dan lebih luas lagi menjaga bangsa Indonesia dari pengaruh idiologi transnasional.

NU mempunyai kekhasan dan kekhususan tersendiri, yaitu organisasi dan gerakan keagamaan yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam konteks kebudayaan Nusantara.

Sebagai organisasi sosial keagamaan, Nahdhatul Ulama lahir sebagai respon atas realitas sosial yang terjadi. NU lahir tidak dalam ruang hampa. Justru NU lahir untuk.menyelesaikan problem agama dan sosial yang di hadapi. Bahasa sederhananya NU berada dalam setiap masa atau zaman. Pada abad XIX kaum wahabi penganut puritanisme atau memberlakukan ajaram islam yang memurnikan dari adat istiadat dan kepercayaan.lokal nusantara saat itu di Sumatera Barat dan daerah lainnya.

Para kaum wahabi saat itu menentang tradisi-tradisi seperti tahlilan, selamatan, ziarah kubur, diba’an dan sebagainya. Pada saat itu populer istilah gerakan pemusnahan Takhayul, Bid’ah dan Churafat (TBC) dan ajakan kembali pada Alqur’an dan sunnah (HIlmy Muhammadiyah dan Sulthan Fatoni, NU: Identitas ISLAM INDONESIA Jakarta: eLSAS, 2004, hlm.115).

Problem agama dan sosial yang dihadapi pada saat kelahiran NU itu akan terus terjadi, setiap generasi NU akan terus berhadapan dengan masalah yang sama dengan cara sesuai zamannya masing-masing. Oleh karena itu Niat dan tekad harus terus dikuatkan, karena hanya dengan menjaga dan senantiasa menguatkan Niat dan tekad, generasi NU abad kedua akan mampu bertahan dari terpaan godaan dan serangan kelompok keagamaan baru yang terus lahir.

Menyongsong abad kedua, NU harus melipatgandakan amal-amal dan khitmadnya untuk mewarnai dunia. Saat ini kita hidup dalam ruang globalisasi, di mana setiap ideologi, gagasan, dan gerakan saling memengaruhi, take and give. Kita akan memengaruhi atau dipengaruhi pihak-pihak lain dengan derasnya informasi melalui laman digital.

Maka dari itu, mau tidak mau, NU harus merumuskan kembali gagasan dan gerakannya, serta menyebarluaskannya melalui laman digital. Diperlukan gerakan bersama untuk menyebarluaskan kebaikan melalui media sosial, sehingga publik tidak hanya menerima banjirnya informasi melalui pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari mengutip ungkapan Imam Ali bin Abi Thalib, ”kebenaran yang tidak terorganisasi dengan baik akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi dengan baik” (https://mediaindonesia.com/opini/556213/satu-abad-nu-harapan-dan-tantangan).

Pengamat Nahdlatul Ulama asal Belanda Martin van Bruinessen mengatakan bahwa tantangan NU memasuki abad kedua adalah bagaimana menjawab masalah besar yang dihadapi oleh umat manusia.

Menurut Martin yang merupakan seorang Antropolog, masalah besar yang dihadapi oleh umat manusia sekarang ini di antaranya lingkungan hidup, perubahan iklim, hukum internasional, penyelesaian konflik, hak asasi manusia, kesetaraan ras, kesetaraan gender, dan kesetaraan agama.  (https://www.nu.or.id/nasional/masuk-abad-kedua-tantangan-nu-adalah-menjawab-masalah-besar-umat-manusia-1u5mH).


Menjawab tantangan itu semua, maka bait terakhir Mars satu abad NU yang harus dilakukan generasi NU dalam mempertahankan eksistensi NU dikancah nasional maupun internasional.
Karena tantangan di abad kedua tidak lebih mudah dari satu abad yang telah berlalu. Tantangan yang berat itu kalau tidak mampu membentengi diri, maka NU akan mengalami masa-masa sulit, digerogoti dari dalam maupun luar, dan secara berlahan akan ditinggalkan kaumnya.

Abad kedua NU kembali menjadi pertaruhan bagi semua warga NU, terutama yang berkhitmat sebagai Pengurus. Sebagai organisasi yang besar dan selaras dengan pemerintah akan banyak penumpang gelap yang menjadikan NU hanya sebagai tumpangan untuk mencapai tujuannya. Setelah tujuan itu tercapai mereka akan meninggalkan NU dalam arti tidak memperhatikan NU secara oraganisasi, namun tetap berbaju NU.

Seperti ungkapan seorang teman, yang ia ditanya kenapa tidak datang ke Sidoarjo untuk merayakan Harlah  satu Abad NU.

Sementara sebagian yang lain begitu menggebu untuk hadir, dengan logat Jawanya ia menjawab santai. “Aku ini yo wes dadi NU turun temurun lahir dan batin, jadi datang ora datang yo samiwon tetap orang NU, bekhitmad dan berjuang untuk NU”. (***)
________________
*Penulis H Abdul Wahid adalah Ka Subbag Tata Usaha Kantor Kemenag Kota Pekanbaru (Isi tulisan sepenuhnya tanggungjawab penulis)





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved