Sabtu, 04 Mei 2024
Keji, Suami Pelaku Mutilasi Istri Sempat Tawarkan Daging Korban ke Ketua RT | Hebat!, 10 ribu Penari Riau Pecahkan Rekor Muri di Gebyar BBI BBWI Provinsi Riau 2024 | Gebyar BBI/BBWI dan Lancang Kuning Carnival Prov Riau Perhelatan Spektakuler, Pj Gubri: Ini Potensi | KPU Riau Siap Hadapi Gugatan PHPU di MK Secara Profesional dan Adil | Pj Ketua TP PKK Provinsi Riau Bersama ASPEKUR Bagikan 1.000 Paket Makanan Sehat+Susu | Pemkot Gunungsitoli Ramaikan Gebyar Gernas BBI/BBWI dan Lancang Kuning Carnival di Pekanbaru
 
Internasional
Berlanjut Hingga 12 Agustus, Jambore Korsel Jadi 'Aib Nasional', Kontingen Indonesia Dievakuasi

Internasional - - Kamis, 10/08/2023 - 10:04:43 WIB

SULUHRIAU- Panitia terpaksa mengevakuasi seluruh peserta Jambore Pramuka Dunia 2023 dari perkemahan Saemangeum karena ancaman badai topan (EPA).

Hanya dalam hitungan hari, Jambore Pramuka Dunia ke-25 di Korea Selatan berantakan akibat gelombang panas, angin topan, wabah Covid, dan tuduhan salah tata kelola.

Keluhan-keluhan yang muncul diikuti kritik soal kurangnya persiapan panitia penyelenggara.

Jambore Pramuka ini adalah perhelatan setiap empat tahun sekali yang mengumpulkan para pramuka muda dari seluruh dunia. Sedemikian banyak pesertanya, acara tersebut dijuluki sebagai kamp pemuda terbesar di dunia.

Sekitar 43.000 peserta, mayoritas berusia 14-18 tahun, berkumpul sejak 1 Agustus 2023 untuk mengikuti rangkaian acara selama 12 hari di pantai barat Korea Selatan.

Namun, beragam persoalan di perkemahan menyebabkan kontingen-kontingen dari berbagai negara dipulangkan.

Pada Senin (7/8/2022), angin topan yang memicu badai tropis memaksa para panitia untuk mengevakuasi seluruh peserta dari perkemahan Saemangeum, yang merupakan dataran luas tanpa pohon.

Kontingen-kontingen dari berbagai negara kini dievakuasi ke berbagai wilayah di seantero negeri, termasuk yang berjarak ratusan kilometer utara dari Seoul.

Sebanyak 1.569 anggota kontingen Indonesia yang turut hadir juga dievakuasi dari perkemahan Saemangeum ke Asrama Universitas Wonkwang, Provinsi Jeollabuk pada Selasa (8/8/2023).

Wakil Kepala Kwartir Nasional (Kwarnas), Berthold Sinaulan, mengatakan "seluruh kontingen dalam keadaan baik".

"Saat ini, seluruh anggota kontingen Indonesia sudah aman di tempat penampungan," ujar Berthold dikutip dari Kompas.com.

Kegiatan Jambore, kata dia, tetap dilanjutkan dengan kunjungan wisata ke berbagai tempat. Penutupan akan digelar pada 11 Agustus 2023.

"Kontingen Indonesia akan meninggalkan Korea Selatan untuk kembali ke Tanah Air, sesuai jadwal penerbangan masing-masing, yaitu pada 12,13, dan 14 Agustus 2023," katanya.

Sejumlah pramuka dari berbagai kontingen dievakuasi dari lokasi Jambore Dunia di Korsel (EPA)

Salah satu anggota kontingen asal Jawa Tengah, Fayyazza Faizora, 16, mengaku antusias ketika terpilih untuk mewakili Indonesia ke Jambore Pramuka Dunia di Korea Selatan. Apalagi, ini adalah kali pertama dia pergi ke luar negeri.

Tetapi dia terkejut dengan cuaca Korea Selatan yang "sangat panas begitu dia tiba. Udara bahkan sudah mulai panas sejak pukul 07.00 dan 08.00 pagi.

"Jadi lebih baik jangan tempatkan diri di tenda. Udara di tenda enggak bisa keluar," kata Ayya dikutip dari Kompas.com.

Para peserta akhirnya banyak yang memilih berteduh di atap tenda yang didirikan penyelenggara.

Tempat perkemahan yang sempat dilanda hujan deras sejak sebelum acara, membuat air hujan tergenang dan tanah becek.

"[Kami tiba saat] tanahnya masih dalam keadaan basah. Jadi kami bawa koper ke sini itu berat di atas tanah yang basah, kata dia, meski beberapa hari kemudian area perkemahan mengering karena cuaca panas.

Ayya mengaku sempat khawatir apakah bisa bertahan dengan situasi di perkemahan. Bahkan ada juga peserta yang menangis dan minta pulang.

"Waktu hari pertama aku tinggal di tenda dengan banyaknya kekurangan, aku selalu mikir, emang aku bisa ya bertahan hidup di sini. Apalagi kami harus tinggal di sini sampai 14 hari," ujar dia.

Menurut Ayya, unitnya tidak kekurangan makanan karena masih bisa membeli ke minimarket yang disediakan penyelenggara. Namun lokasinya agak jauh dan mereka harus mengantre di bawah udara panas.

Sayangnya, Ayya mengungkapkan kelompoknya menemukan makanan haram mengandung babi pemberian panitia. Padahal, kontingen Indonesia telah memesan makanan halal.

"Ada crackers. Kita iseng pakai Google Translate ternyata mengandung babi. Pagi ini, kok ada lagi. Semacam jeli gitu," katanya.

Namun dia mengatakan,  bahwa panitia penyelenggara terus berupaya membenahi segala kekurangan itu.

Persoalan yang meliputi jambore ini telah muncul jauh sebelum badai menerjang.

Seminggu sebelum acara, hujan deras membuat area perkemahan becek dan menjadi sarang nyamuk.

Ketika acara dimulai beberapa hari kemudian, gelombang panas menerjang dengan suhu mencapai 35C.

Sebanyak 400 kasus kelelahan akibat suhu panas dilaporkan pada malam pertama. Banyak yang harus dirawat di rumah sakit darurat. Wabah Covid-19 juga menginfeksi sekitar 70 peserta.

Panitia penyelenggara mengerahkan staf medis tambahan, lalu menyediakan lebih banyak tempat berteduh dan AC di lokasi. Namun menurut para peserta, upaya itu tidak cukup.

Para peserta mengeluhkan buruknya sanitasi, makanan yang basi, kurangnya tempat berlindung, serta minimnya privasi.

Seorang laki-laki dari delegasi Thailand tertangkap masuk ke kamar mandi perempuan.

Dia mengklaim kejadian itu tak disengaja, dan mengaku tidak melihat ada penanda jenis kelamin.

Setelah insiden itu, 85 peserta asal Korea Selatan mengundurkan diri dari jambore. Menurut mereka, panitia penyelenggara tidak cukup berupaya untuk melindungi perempuan.

Pada akhir pekan lalu, kontingen Inggris dan AS dipulangkan dari perkemahan. Langkah itu juga diikuti oleh Singapura dan Selandia Baru.

Pemerintah Korea Selatan akhirnya memerintahkan evakuasi seluruh peserta pada Selasa, setelah mengakui bahwa tempat itu tidak lagi aman mengingat ada badai yang mendekat.

Lebih dari 1.000 bus dikerahkan untuk mengevakuasi ribuan peserta bus dan relawan dari kawasan perkemahan ke berbagai wilayah di Korea Selatan.

Pada Rabu (9/8/2023), salah satu bus mengalami kecelakaan menyebabkan tiga anggota pramuka Swiss terluka dan dirawat di rumah sakit.

Acara Tetap Berlanjut

Meskipun para peserta telah dievakuasi, penyelenggara mengatakan bahwa jambore akan dilanjutkan hingga 12 Agustus dengan tur dan program pendidikan di lokasi-lokasi baru di seantero negeri.

Kementerian Kebudayaan Korea Selatan juga mengumumkan bahwa upacara penutupan pada akhir pekan ini akan digelar dengan konser K-Pop di Stadion Piala Dunia Seoul.

Seorang juru bicara dari kontingen Selandia Baru mengatakan kepada BBC bahwa tim mereka telah bertahun-tahun berusaha mengumpulkan dana demi acara tersebut.

Para sukarelawan "bertekad menjadikan ini pengalaman yang positif meskipun menghadapi sejumlah tantangan.

Namun kritik-kritik telah bermunculan bahkan sejak sebelum acara dimulai, termasuk dari politisi-politisi lokal yang prihatin bahwa tempat itu tidak memiliki perlindungan alami dari panas.

Seorang pejabat senior Korea Selatan, yang dipanggil ke tempat perkemahan itu pada pekan lalu, mengatakan kepada BBC bahwa penyebab utama kekacauan itu disebab oleh kurangnya petugas.

"Kami mengirim sejumlah pekerja ke lokasi, dan ada yang melaporkan bahwa mereka bahkan tidak bisa makan siang. Ada tumpukan kotak makan siang yang disiapkan, tapi tidak ada yang membagi-bagikannya, katanya kepada BBC.

Dia menolak namanya disebutkan karena tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Selain Asosiasi Pramuka Korea, acara ini dikelola oleh pemerintah provinsi, badan legislatif Korea Selatan, serta lembaga pemerintah lainnya termasuk kementerian kesetaraan gender dan keluarga, kementerian pariwisata, dan kementerian dalam negeri.

Media Korea juga melaporkan adanya masalah logistik. Misalnya, panitia di salah satu distrik menyiapkan makanan dan akomodasi untuk 175 kontingen pramuka asal Yaman yang dievakuasi. Tapi ternyata kontingen itu bahkan tidak menghadiri jambore sejak awal.

"Untuk pertama kalinya dalam lebih dari 100 tahun Jambore Pramuka Dunia, kita harus menghadapi tantangan yang sangat rumit, mulai dari banjir hingga gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan sekarang topan! kata Sekretaris Jenderal Organisasi Gerakan Pramuka Dunia, Ahmad Alhendawi dalam sebuah pernyataan.

Topan adalah bencana yang tidak terduga. Terakhir kali topan mengganggu perhelatan jambore adalah pada 1971 di Jepang, kata juru bicara Pramuka kepada BBC.

Bagaimanapun, otoritas Korea Selatan juga akan menghadapi tuduhan salah kelola setelah mempersiapkan acara ini selama enam tahun.

Jambore ini tergolong sebagai acara berskala besar. Negara-negara mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah setiap kali festival ini digelar. Korea Selatan terpilih pada 2017.

Pemerintah mengharapkan jambore internasional pertama yang digelar sejak pandemi ini akan mendatangkan investasi dan pemasukan. Ini adalah salah ajang internasional terbesar di Korea Selatan sejak menggelar Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang 2018.

Namun, rentetan masalah itu malah membuat media-media Korea menyebut perhelatan ini sebagai "aib nasional. (dtk, src)

Sumber: kompas.com





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved