Jum'at, 29 Maret 2024
Menguak Misteri Lailatul Qadar | Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan
 
Sosial Budaya
PBB Butuhkan 60 Ribu Tempat Pengungsian Baru Warga Rohingya

Sosial Budaya - Editor: Jandri - Minggu, 10/09/2017 - 13:01:43 WIB

SULUHRIAU, Dhaka- Koordinator Residen PBB di Bangladesh, Robert Watkins mengatakan, saat ini,, dibutuhkan setidaknya 60 ribu tempat penampungan baru bagi warga Rohingya yang melarikan diri dari konflik di Rakhine, Myanmar. Mereka seluruhnya, saat ini, juga memerlukan bantuan makanan, air bersih, serta layanan kesehatan.

Watkins menuturkan, termasuk layanan kesehatan mental secara khusus bagi korban kekerasan seksual. Banyak warga Rohingya yang melarikan diri dari Rakhine tampaknya trauma dengan kekerasan yang terjadi di tempat asal mereka, mulai dari pemukulan hingga pembunuhan yang diduga dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar serta ektremis Budha.

"Saat ini ada kebutuhan baru yang mendesak khususnya, 60 ribu tempat penampungan baru bagi warga Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Rakhine," ujar Watkins dilansir BBC, Ahad (10/9).

Kekerasan yang terjadi pada warga Rohingya kembali terjadi pada 25 Agustus lalu, dengan terjadinya serangan di wilayah utara Rakhine. Sebanyak 20 pos keamanan polisi di area perbatasan Myanmar dan Bangladesh saat itu dilaporkan mendapat serangan.

Menurut pasukan militer Myanmar saat itu, ada ratusan orang yang diyakini oleh mereka berasal dari kelompok militan Rohingya melakukan serangan tersebut. Beberapa membawa senjata, serta menggunakan bahan peledak buatan sendiri dalam serangan itu.

Situasi di Rakhine semakin memburuk dengan adanya laporan pembakaran desa-desa yang menjadi tempat tinggal warga Rohingya di sana. Kelompok aktivis Human Rights Watch mengatakan, banyak bangunan dan area lingkungan warga, khususnya di Maungdaw, wilayah utara negara bagian itu yang terlihat terbakar dan ditunjukkan melalui media sosial.

Pemerintah Myanmar kemudian mendapat kecaman lebih keras dari internasional karena blokir yang dilakukan kepada badan dan organisasi kemanusiaan ke Rakhine. Distribusi makanan, air, serta obat-obatan yang diperlukan warga sipil akibat konflik di negara bagian itu tidak dapat diberikan sejak awal kejadian ini kembali berlangsung.

Namun, pada Sabtu (9/9) kemarin, Pemerintah Myanmar mengumumkan bantuan kemanusiaan mulai dapat disalurkan ke Rakhine. BBC melaporkan saat ini ada ribuan warga Rohingya yang terlihat berada di pinggir jalan menunggu dan mengejar truk yang membawa bantuan makanan.

Kekerasan terhadap warga Rohingya  pertama kali terdengar pada 2012 lalu. Operasi militer yang dilakukan oleh tentara Myanmar saat itu telah membuat lebih dari 120 ribu warga etnis tersebut harus berada di kamp pengungsi di Rakhine.

Sumber: republika.co.id





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved