Rabu, 24 April 2024
KPU Provinsi Riau Buka Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubri-Wagubri 2024 | Rangkaian HUT ke-7 Tahun, SMSI Riau Gelar Workshop Publisher Rights Bersama Ketua Dewan Pers | Rangkaian HUT ke-7 Tahun, SMSI Riau Gelar Workshop ''Publisher | Cak Imin Nyatakan Kerja Sama dengan Prabowo di Pemerintahan Berikutnya | Prabowo-Gibran Resmi Ditetapkan Presiden-Wakil Presiden 2024-2029 | Maju Pilgubri, Edy Natar Nasution Daftar di Partai Demokrat Riau
 
Religi
Iblis tak Luput Goda dan Sesatkan Ulama, Begini Taktiknya

Religi - - Jumat, 03/09/2021 - 10:22:55 WIB

SULUHRIAU- Iblis terus berupaya dalam melancarkan tipu dayanya terhadap manusia, termasuk kepada ulama yang sempurna ilmunya. 

Dikutip dari buku Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi dengan pentahqiq Syekh Ali Hasan Al Halabi, Ibnul Jauzi rahimahullah menyatakan, ada sejumlah orang yang mempunyai semangat tinggi sehingga berhasil menguasai berbagai disiplin ilmu syariat, seperti ilmu Alquran, hadits, fiqih, juga sastra.

Terhadap orang-orang seperti inilah Iblis datang dengan tipu muslihatnya yang samar, kemudian dia membuat mereka menilai diri sendiri sebagai 'orang besar', karena sudah mendapatkan berbagai ilmu syariat dan bisa memberi manfaat bagi orang lain. 

Di antara mereka ada juga yang terpikat tipu daya Iblis sebab kelelahannya yang panjang dalam menuntut ilmu. Terhadap orang yang demikian, Iblis pun membayangkan indahnya kesenangan hidup di matanya.

Iblis kemudian berbisik kepadanya, "Mau sampai kapan kau akan bersusah payah seperti ini? Beristirahatlah dari segala tuntutan, dan biarkanlah jiwamu merasakan kesenangan. Sungguh, kalau toh kamu terjatuh dalam kesalahan, ilmumu akan menepiskan hukuman atas dirimu." Iblis juga menjelaskan keutamaan yang dimiliki ulama kepadanya. 

Jika hamba Allah SWT tidak mendapat pertolongan-Nya dan mau menerima tipu daya Iblis ini, niscaya dia akan celaka. Namun apabila diberikan taufik untuk melawan tipu daya Iblis itu, sepatutnya dia berseru kepada musuh Allah ini sebagai berikut:

"Jawaban untukmu ada tiga. Pertama, para ulama diberi keutamaan karena ilmu, namun apabila tidak diamalkan, ilmu tersebut tidak berguna baginya sedikit pun. Maka, jika tidak mengamalkan ilmuku pasti aku menjadi orang yang tidak paham tujuan, seperti orang yang menghimpun dana memberikan makanan kepada orang-orang yang lapar tetapi dia sendiri tidak ikut makan sehingga tidak berguna dalam menghilangkan rasa laparnya.

Kedua, aku harus menentangmu karena mengingat celaan atas orang yang tak mengamalkan ilmu.

Misalnya kisah Nabi mengenai seorang laki-laki yang dicampakkan ke dalam Neraka, yang ususnya terburai, yang mengakui: 'Aku mengajak kepada kebaikan, tetapi aku sendiri tidak melakukannya. Aku melarang dari kemungkaran, namun aku sendiri melakukannya.'

Abud Darda berkata satu kali, "Celakalah orang yang tidak tahu." Dan berkata tujuh kali, "Celakalah orang yang tahu, atau dia berilmu, tetapi tidak mengamalkan ilmunya."

Ketiga, aku mengingat-ingat hukuman untuk orang berilmu yang celaka karena tidak mengamalkan ilmunya, seperti kamu (Iblis). Kiranya firman Allah berikut cukup sebagai kecaman terhadap orang berilmu yang tidak mau mengamalkan ilmunya:

...كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ اَسْفَارًاۗ.     

Seperti  keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal...' (QS Al Jumuah 5 )".

Sumber: Republika.co.id
Editor: Jandri





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved