Jum'at, 29 Maret 2024
Menguak Misteri Lailatul Qadar | Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan
 
Sosial Budaya
Kolom
Kompetisi

Sosial Budaya - - Minggu, 04/06/2023 - 17:36:01 WIB

SETIAP Jejak langkah manusia tertulis dan terekam secara ditail dalam hati sanubari, semua menjadi kenangan. tahapan demi tahapan dalam kehidupan itu silih berganti, datang dan pergi, namun tetap bermuara pada satu tujuan kembali pada Ilahi Robbi.

Menurut Chaplin (1999), kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama. Ajaran Islam juga mengenal kompetisi yang diharuskan bagi pemeluknya, yaitu kompetisi dalam kebajikan dan amal shalih.

Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya sendiri yang ia menghadap kepadanya, maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.”

Kompetisi sesuatu yang tidak asing lagi bagi manusia, walau terkadang masih ada yang takut dan elergi dengan istilah tersebut. Karena gong kompetisi sudah mulai ditabuh jauh sebelum manusia terlahir ke muka bumi, yaitu saat ia berhasil mengalahkan ribuan sel sperma yang berlomba mencapai ovum, dan yang terpilih itulah menjadi cikal bakal manusia.

Setelah terlahir ke muka bumi bukan berarti kompetisi itu selesai, justru sebaliknya kompetisi sebenarnya baru dimulai. Tangisan pertama saat menghirup udara di dunia, merupakan pertanda betapa sang bayi begitu cemas dan terkejut saat berpindah dari alam rahim ke alam dunia.

Begitulah selanjutnya, setiap hembusan nafas manusia akan dicatat sebagai bagian dari kompetisi perjuangan hidup di dunia. Dan kompetisi itu baru terhenti ketika hembusan nafas itu tiada lagi.

Pada dasarnya, kompetisi merupakan naluri setiap insan. Ia bisa menjadi energi positif bagi seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Namun, bisa juga menjadi energi negatif.

Keduanya sama-sama memerlukan badzlu al-juhud, pengerahan segenap kemampuan, potensi, waktu, pikiran, dan tenaga guna meraih kesuksesan. Hal yang membedakan di antara keduanya adalah niat dan motivasi yang menggerakkan seseorang untuk berkompetisi.

Untuk itu, perlu diperhatikan tiga pedoman kompetisi berikut. Pertama, dipastikan bahwa kompetisi yang kita jalani adalah kompetisi dalam kebaikan. Dan, berkompetisi dalam hal ini adalah sesuatu yang mulia dan berpahala, bahkan merupakan mathlab syar'i (tuntutan syar'i).

Kedua, meluruskan niat dan motivasi. Sebab, sesuatu yang mulia jika tidak diiringi dengan niat dan motivasi yang baik, bisa menjadi prahara bagi pelakunya di akhirat. Seperti disebutkan dalam hadis Nabi SAW tentang tiga orang yang pertama kali diadili dan dieksekusi di neraka.

Padahal, ketika di dunia mereka dikenal masyarakat luas sebagai orang yang baik karena mereka ahli jihad, rajin menuntut ilmu, dan membaca Alquran serta dermawan. (Lihat HR Muslim No 1905). Ini disebabkan oleh niatnya yang salah.

Ketiga, wasilah (sarana dan cara) yang digunakan dalam kompetisi hendaknya tidak melanggar aturan syar'i. Seperti dengan menyebar fitnah, character assasination (pembunuhan karakter), kampanye hitam, dusta, sampai menggunakan dana haram.

Dalam sebuah kompetisi sudahlah pasti ada yang berhasil dan ada pula yang gagal, berbagai cara, siasat, dan upaya dilakukan untuk dapat memenangkannya.

Terkadang untuk mencapai tujuan ditempuh dengan menghalalkan segala cara, injak bawah, tanduk atas, sikut kiri kanan, tendang depan belakang. Sah-sah saja semua dilakukan tetapi... ingatlah dari berbagai kompetisi yang kita jalani dalam hidup ini, semuanya bermuara pada kompetisi akbar dengan pesertanya semua manusia mulai dari Nabi Adam sebagai manusia pertama hingga manusia yang hidup terakhir di alam fana ini.

Namun...terkadang manusia lupa, sangking asyiknya menikmati kompetisi dunia yang menghanyutkan, sehingga lalai akan kompetisi besar yang menentukan itu.

Ya... pertarungan iman dan kafir, baik dan buruk, taat dan ingkar, yang hanya memperebutkan dua tempat kembali abadi... tidak ada pilihan lain. Yaitu Sorga atau Neraka...Itulah inti dari semua kompetisi yang dilakoni manusia di muka bumi ini. (*)

Penulis adalah Kepala Subbag Tata Usaha Kantor Kemenag Kota Pekanbaru (Isi tulisan sepenuhnya tanggungjawab penulis).





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved