Senin, 24 Juni 2024
Dua Oknum Satpol PP Pekanbaru Dipecat Kerena Terbukti Peras Nenek 66 Tahun di Cipta Karya | Dewan Kehormatan PWI Minta Ketum Tuntaskan Pelaksanaan Sanksi Kasus UKW BUMN | Seleksi Masuk Unri Jalur Mandiri PBUD/PBM: Nilai UTBK Jadi Kriteria Penentu Pendaftar Lebihi Kuota | 18.048 Pantarlih Pilkada Serentak Tahun 2024 di Riau Resmi Dilantik, Ini Disampaikan KPU Riau | HUT ke-78 Bhayangkara, Polres Kampar Upacara Ziarah dan Tabur Bunga di TMP Kusuma Eka Bakti | KPU Kampar Ajak Media Publikasikan Setiap Tahapan Pilkada 2024 untuk Tingkatkan Partisipasi Masyarak
 
Religi
Opini
Ibadah Qurban “Membunuh Cinta dan Keserakahan Dunia”

Religi - - Minggu, 16/06/2024 - 07:53:15 WIB

IBRAHIM berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu?

Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Ash-shaffat: 102).

Pengorbanan Nabi Ibrahim

Dalam kitab Misykatul Anwar disebutkan, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak.

Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya:

“Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”

Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan, pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri.

Sungguh suatu pengorbanan yang sangat diluar nalar manusia, perintah menyembelih Sang Putra tercinta berhadapan dengan Cinta pada Sang Pencipta menjadi pertaruhan keimanan Nabi Ibrahim dan Istrinya Siti Hajar.

Sekaligus juga merupakan ujian ketaatan seorang anak pada perintah orang tuanya, ayah, ibu dan anak mendapatkan ujian yang berbeda, namun bertumpu pada satu keyakinan akan perintah Allah mengalahkan semua cinta dunia.

Perintah Ibadah Qurban

Dikutip dari buku Fikih karya Ubaidillah (2020:18), pengertian qurban dari segi syariat Islam ialah menyembelih hewan ternak yang memenuhi syarat tertentu pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik (tanggal 11, 12, 13 Zulhijah) semata-mata untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt.

Allah SWT melalui firmannya dalam Surah Al Kautsar ayat 1-3 juga menyerukan kepada umatNya untuk melaksanakan ibadah qurban. Terjemah Surah Al Kautsar ayat 1-3, yang menjadi salah satu dalil untuk ibadah qurban, adalah sebagai berikut:

"Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (QS. Al Kautsar [108]: 1-3).

Menyembelih qurban adalah suatu sunnah Rasul yang sarat dengan hikmah dan keutamaan. Hal ini didasarkan atas informasi dari beberapa haditst Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam, antara lain:

Aisyah menuturkan dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan.

Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.” (Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117)

Kemudian dalam hadist lain yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang memiliki kemampuan untuk berqurban, tetapi ia tidak mau berkurban, maka sesekali janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).   

Masih banyak lagi sabda Nabi yang lain, menjelaskan tentang keutamaan berkurban. Bahkan pada haditst terakhir, disebutkan bahwa orang yang sudah mampu berkorban, tetapi tidak mau melaksanakanya, maka ia dilarang mendekati tempat shalat Rasulullah atau tempat (majelis) kebaikan lainya.

Fenomena Ibadah Qurban Kekinian
       

Berbeda dengan apa yang terjadi di zaman Nabi Ibrahim dimana saat itu hewan ternah adalah lambang kekayaan dan kemakmuran, Nabi Ibrahim yang  mendapat perintah mengorbankan Putra Kesayangannya ditukar dengan seekor Domba.

Hal ini juga terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW, para saudagar dan orang kaya di Mekkah berlomba-lomba memiliki hewan ternah. Sehingga pengorbanan berupa hewan ternak adalah sangat berarti bagi mereka, begitu juga bagi Masyarakat yang akan menerima daging kurban tersebut.

Pada zaman kekinian saat ini khususnya di Indonersia, meski bangsa ini memiliki tanah subur, gemah ripah loh jinawi, tetapi eksploitasi terhadap penduduk berekonomi lemah juga tidak kalah suburnya.

Sekat ekonomi begitu dalam antara si kaya dan si miskin, antara pusat dan daerah, sehingga angka kemiskinan tetap membengkak dan pengangguran pun kian merebak.
    
Namun jumlah hewan kurban terus meningkat, yang bersumber dari kurban para penguasa, pengusaha, selibritis dan para hartawan lainnya. Mereka mengekpos hewan ternak yang akan dikurbankan baik bentuk, berat dan jumlahnya.

Akan tetapi disisi lain, masih sangat banyak rakyat yang tidak mampu berkurban walau dengan seekor kambing, bahkan masih ada mesjid yang tiada hewan kurbannya, karena tidak ada jemaah yang mampu untuk berqurban.

Ketimpangan kehidupan sosial dan jurang kemakmuran hidup sesama anak bangsa antara si miskin dan si kaya inilah sebenarnya menjadi obyek yang rialistis untuk nilai pengorbanan zaman ini.

Bukan sekedar dengan mernyebelih hewan kurban yang besar dan banyak jumlahnya, karena itu hanyalah ritual pengorbanan rutinitas tiga hari dalam setahun.

Untuk saat ini lebih dari itu, bagi kalangan elite ekonomi, harus bersedia mengorbankan ambisinya untuk tidak terus menerus memonopoli aset-aset ekonomi.

Mereka harus bersedia berbagi rasa dengan para pengusaha menengah dan kecil, serta dengan orang-orang yang tidak memiliki aset dan akses ekonomi sama sekali.

Para penguasa tidak hanya mengutamakan keluarga dan kelompoknya dalam pembagian kue kekuasaan dan kemakmuran. Para selebriti dan hartawan jangan lagi mengekpos kehidupan yang mewah, rumah, kendaraan dan lainnya diberbagai media.

Karena masih begitu banyak saudara sebangsa dan setanah air yang hidup tanpa rumah tempat berlindung, tidak punya kendaraan, bahkan tidak ada beras untuk di makan.    

Ibadah kurban yang dilaksanakan pada hari raya Idul Adha sampai hari tasyrik, tiada lain bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Disamping itu, kurban juga berarti menghilangkan sikap egoisme, nafsu serakah, dan sifat individual dalam diri seorang muslim.

Dengan berkurban, diharapkan seseorang akan memaknai hidupnya untuk mencapai ridha Allah semata. Ia “korbankan” segalanya (jiwa, harta, dan keluarga) hanya untuk-Nya. Oleh karena itu, pada hakikatnya, yang diterima Allah dari ibadah kurban itu bukanlah daging atau darah hewan yang dikurbakan, melainkan ketakwaan dan ketulusan dari orang yang berkurban, itulah yang sampai kepada-Nya.  
________
*Penulias adalah Ka Subbag TU Kantor Kemenag Kota Pekanbaru.






 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Disclaimer |Redaksi
Copyright 2012-2024 SULUH RIAU , All Rights Reserved