Selasa, 21 Maret 2023
Jemaah Naqsabandiyah Naqsabandiyah di Sumut Mulai Puasa Ramadhan Selasa 21 Maret | PWI Riau-PWI Pokja Pekanbaru Gelar Bazar Pasar Murah Ramadhan, 1 Paket Rp100 Ribu | Tabrak Lari, Guru Honorer Tewas Usai Tabrakan di Desa Batu Belah Kampar | Polsek Siak Hulu Sita Puluhan Botol Miras Berbagai Merek Saat Operasi Bina Kusuma Lancang Kuning | Komisi V DPRD Riau RDP dengan PT PHR, Namun Dirut PT PHR Jafee Suardin juga tidak Hadir | Pencarian Korban Longsor Serasan Selesai, Bupati Bersama Tim Gabungan Kembali ke Ranai
 
Tokoh

Ilmuwan, Teknokrat dan Birokrat

Suluhriau.com - B.J Habibie, Ilmuwan, teknokrat dan birokrat paling berpengaruh di Indonesia. Bacharuddin Jusuf Habibie  adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. 

Ia menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. 

Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek. 

Habibie lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936; umur 74 tahun.Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bolkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. 

Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto. Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto. 

Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri. Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara Rp 10.000 - Rp 15.000. 

Namun pada akhir pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp6.500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian. (Dari berbagai sumber,Red)
 
 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved