Jum'at, 29 Maret 2024
Menguak Misteri Lailatul Qadar | Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan
 
Tokoh

Penemu Jumlah Hari Dalam Setahun

SULUHRIAU.COM - Al-Battani - Penemu Jumlah Hari dalam Setahun. Jumlah hari dalam setahun adalah 365 hari. Bagaimana jumlah ini bisa diperoleh, dan siapakah orang yang pertama kali menemukannya? Apakah penentuan jumlah itu asal-asalan saja atau dengan memperhitungkan banyak hal? Kenapa harus 365 hari, tidak dibuat 500 atau 1000 hari saja supaya mudah untuk diingat? Tentu anda penasaran, bukan?

Al-Battani adalah nama seorang ilmuwan yang disebut-sebut berjasa menemukan hitungan jumlah hari dalam setahun. Nama lengkap Al-Battani adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan Al-Battani. Orang Eropa menjuluki Al-Battani dengan sebutan Albategnius. Ia lahir pada tahun 858 M di dekat kota Battan, Harran. Ia dikenal sebagai ahli astroomi dan matematika terbesar di dunia pada abad pertengahan.

Al-Battani belajar astronomi dan matematika dari ayahnya, Jabir Ibnu Sin'an. Kemudian melanjutkan studinya untuk memperdalam kedua disiplin ilmu tersebut di kota Rakka, di tepi sungai Efrat. Pada akhir abad sembilan, Al-Battani pindah ke Samarra untuk bekerja hingga meninggal dunia tahun 929 M.

Al-Battani berhasil menghitung jumlah hari dalam setahun (dalam tahun masehi) berdasarkan penghitungan waktu yang digunakan bumi untuk mengelilingi matahari, yakni 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Jadi, penentuan jumlah hari dalam setahun bukanlah asal-asalan saja, melainkan berdasarkan perhitungan yang cermat dan matang. Kita tidak bisa sembarangan menentukannya, karena sistem kalenderium itu juga berguna untuk meramal atau menentukan musim.

Perubahan musim ditentukan oleh posisi matahari terhadap bumi. Pada bulan Mei misalnya, matahari berada di utara khatulistiwa. Angin bergerak dari selatan (yang dingin) menuju utara (yang lebih panas) melewati gurun Australia yang kering. Akibatnya, setiap bulan Mei, di Indonesia terjadi musim kemarau. Kalau perhitungannya tidak tepat, peramalan musim juga keliru. Misalnya, pada bulan Mei, tidak selalu juga terjadi kemarau.

Hasil perhitungan Al-Battani di atas mendekati perhitungan menggunakan peralatan canggih yang digunakan para ilmuwan di abad ini. Sebagai ilmuwan astronomi, Al-Battani banyak menulis buku tentang astronomi dan trigonometri, termasuk sistem perhitungan almanak dan kalenderium seperti yang diulas di atas. 

Almanak yang diciptakan oleh Al-Battani diakui merupakan sistem perhitungan astronomi yang paling akurat, yang sampai kepada kita sejak abad pertengahan. Pada abad pertengahan, orang-orang Eropa menggunakan sistem ini sampai abad pencerahan.

Dalam pembukuan Almanak, Al-Battani berkata "Ilmu astronomi merupakan bagian dari ilmu dasar yang sangat bermanfaat. Melalui ilmu astronomi, manusia mengetahui hal-hal penting. Dilihat dari manfaat dan kegunaannya dalam kehidupan manusia, astronomi menjadi ilmu yang sangat penting untuk diketahui".

Pada tahun 1899, di kota Roma dicetak sebuah buku berjudul Az-Zaujush Shabi li Batani (Almanak versi Al-Battani) yang disunting oleh Carlo Nallino dari manuskrip yang disimpan di perpustakaan Oskorial, Spanyol. Karya lain Al-Battani yang terkenal adalah Syarh al-Makalat al-Arba'I li Batlamius. Karya ini berisi uraian dan komentar tajam terhadap pemikiran Ptolemy yang tertuang dalam "Tetrabilon" nya.

Al-Battani mengubah teori Ptolemy, serta meralat perhitungan orbit bulan dan beberapa planet. Dia membuktikan bahwa orbit benda langit berbentuk elips, dan membuktikan perubahan posisi matahari menjadi penyebab perubahan musim. Ilmuwan Eropa, Duntho (1749 M), memanfaatkan penemuan Al-Battani tentang orbit elips dari benda langit untuk memetakan pergerakan bulan.

Sementara penemuan Al-Battani dibidang trigonometri, termasuk konsep sinus, kosinus, tangen, dan kotangen, masih digunakan hingga saat ini. Al-Battani meninggal dunia pada tahun 929 M. (Dari berbagai sumber)

 
 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved