Novel Baswedan Disiram Air Keras Pulang Shalat Subuh dari Masjid
Selasa, 11 April 2017 - 08:54:27 WIB
JAKARTA, Suluhriau- Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan tidak melihat wajah pelaku yang menyiram air keras kepadanya.
Novel disiram air keras pagi ini di dekat rumah (berselang dua rumah) sepulang shalat subuh. Tepat kejadian tersebut berlokasi di Jl Deposito depan Mesjid Al Ikhsan Rt 03 RW 10, Kelapa Gading Jakarta Utara..
"Tidak bisa melihat wajah pelaku, karena menggunakan helm," kata adik Novel, Taufik Baswedan, Selasa (11/4/2017). Pelaku menyiram air keras dari motor yang dikendarainya. Saat Novel menengok ke belakang, ia langsung disiram. "Pelakunya dua orang, berboncengan," tambah Taufik.
Sekarang Novel sedang menjalani perawatan di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading. "Air keras mengenai wajah," tambah Taufik Namun hingga saat ini kondis Novel sadar. Air mengenai sebagian wajah dan mata.
Menurut Taufik, keluarga sudah melaporkan kasus ini ke polisi. "Saat ini polisi sudah datang ke RS, ada polsek Kelapa Gading dan lainnya," ungkap Taufik. Taufik juga mengakui rekan-rekan Novel di KPK sudah datang ke RS.
Kejadian ini dibenrakan juru Bicara KPK, Febri Diansya. "Benar ada kejadian (penyiraman) itu, tadi pagi setelah shalat Shubuh, pegawai kita yang juga Penyidik Senior, Novel Baswedan disiram air keras oleh orang yang belum kita kenal," kata Febri Selasa (11/4/2017).
Tim KPK Olah TKP Teror Novel
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif menuturkan tim keamanan dari KPK telah diturunkan untuk meninjau tempat kejadian perkara (TKP) penyiraman air keras terhadap salah satu penyidik KPK, Novel Baswedan. "Sudah, sudah di sana, tim keamanan sedang mengolah tempat kejadian perkaranya," ujar, Selasa (11/4/2017).
Laode menyatakan penyiraman air keras kepada salah satu penyidik KPK, Novel Baswedan, itu berkaitan dengan kasus korupsi yang ditanganinya. "Enggak ada yang bisa mengetahui, tapi pasti mungkin berhubungan dengan yang dia kerjakan," kata dia.
Laode pun menilai penyiraman air keras terhadap Novel ini juga sama sekali tidak berhubungan dengan konflik internal di lembaga antirasuah itu. "Bukan konflik internal, enggak ada hubungannya itu," ucap dia.
"Tamparan Koruptor Bagi Pemerintah"
Penganiayaan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan sesungguhnya merupakan tamparan kepada negara yang selama ini pemerintahnya tidak jelas berdiri di mana. "Sebetulnya ini bukan teror ke Novel pribadi saja. Melainkan teror ke negara. Pemerintahnya seolah senyap selama ini dalam pemberantasan korupsi. Hanya ada di ucapan tapi tidak ada di tindakan dalam penegakan hukum, ujar Direktur Komite Pemantau Legislatif (KOPEL) Indonesia, Syamsuddin Alimsyah, Selasa (11/4).
Dia mengatakan kejadian ini sesungguhnya menjadi tamparan dari koruptor bagi pemerintah sekarang yang cenderung bermain aman. Syamsuddin mengatakan, pemerintah dalam hal ini Presiden sejatinya memposisikan diri sebagai panglima besar dalam pemberantasan korupsi yang memiliki kepekaan dan antisipasi. Misalnya dalam kasus KTP elektronik (KTP-el).
Syamsuddin mengatakan, sejak dari awal kasus KTP-el, harusnya Presiden peka dan paham betul bahwa kasus ini melibatkan bukan orang biasa. Melainkan elite yang memiliki kekuatan besar yang menggoyang negara. "Bukankah KPK juga sudah terang menjelaskan hal ini?" ujarnya.
Itu artinya, lanjut Syamsuddin, bila negara melalui pemerintahnya benar peduli anti korupsi seharusnya mengerahkan seluruh kekuatan untuk mem-backup KPK menuntaskan kasus ini. "Kita mengecam kasus ini, dan mengutuk keras. Pelakunya harus diusut. Tapi yang terpenting negara melalui pemerintah juga harus dituntut keberpohakannya yang jelas. Negara harus turun tangan," katanya.
Sumber: Antara, Republika.co.id | Editor: Jandri
Komentar Anda :