SULUHRIAU- Muslim fashion semakin 'seksi' di mata penikmat fesyen dunia. Tengok saja label-label besar dunia yang mulai mengeluarkan koleksi modest wear seperti DKNY, Tommy Hilfiger, Net-a-Porter, Zara, Oscar de la Renta, Mango, Dolce & Gabbana, Uniqlo juga sportwear pro hijab dari Nike.
Ali Charisma selaku National Chairman Indonesia Fashion Chamber (IFC) menuturkan, pada 2019 nanti diperkirakan pertumbuhan pembelian pakaian di negara-negara muslim akan mencapai US$327 miliar.
"Kita lihat Indonesia termasuk negara dengan jumlah pemakai hijab terbesar di dunia juga negara kelima pengekspor busana muslim terbesar setelah Bangladesh, Turki, Maroko dan Pakistan," ujar Ali saat peluncuran gelaran Muffest 2018 di Grand Indonesia, Kamis (5/10/2017).
Kesuksesan Muslim Fashion Festival (Muffest) 2016 dan 2017, membuat IFC dan Dyandra Promosindo mantap menyelenggarakan Muffest ke-tiga di 2018. Harapannya, Indonesia bakal jadi pusat inspirasi, artinya akan jadi pusat bisnis juga manufaktur muslim fashion.
"Kita tidak mau jadi target pasar saja, harapannya tahun depan bisa merebut pasar," ujar Ali.
Muffest 2018 akan digelar di Jakarta Convention Center pada 19-22 April 2018.
Lisa Fitria dari Dyandra Promosindo menuturkan selama lima hari gelaran, total akan ada 20 fashion show, seminar, art installation dan performing art. Melihat peningkatan pengunjung Muffest dari tahun ke tahun, pihaknya optimistis jumlah pengunjung pada tahun ketiga Muffest akan jauh lebih besar.
"Pada 2016 kita ada 25.733 (pengunjung), 2017 (sebanyak) 45.153. Harapan kami, 2018 ada 65ribu," katanya.
Bersamaan dengan peluncuran agenda Muffest 2018, IFC menggelar sejumlah peragaan busana dari desainer-desainer yang akan turut memeriahkan gelaran, antara lain Ria Miranda, Norma Hauri, Barli Asmara, Hannie Hananto, Vivi Jubedi Oki Setiana Dewi, Sofie dan El Hijab.
Ditemui usai trunk show, desainer Hannie Hananto mengaku dirinya belum ada persiapan khusus untuk menyambut Muffest 2018. Pasalnya, lanjut Hannie, gelaran berdekatan dengan momen Lebaran sehingga para desainer fokus untuk melakukan penjualan. Namun, ia berkata sudah ada arahan dari IFC untuk tema busana nantinya.
"Arahannya lebih ke vigilant, bukan etnik, jadi lebih ke alam tapi buatan tangan," tutur Hannie.
Permainan earth color atau warna alam serta warna-warna monokrom akan mendominasi koleksi. Hannie tak fokus pada aksesori, karena aksesori sudah menjadi satu dengan busana, misal detail print ukuran besar pada busana atau pemakaian rajut. Fashion craft lebih banyak ditonjolkan daripada perhiasan.
Di sisi lain, desainer Sofie masih akan membawa ciri khasnya yakni edgy style. Meski belum tahu koleksi seperti apa yang akan dibawanya untuk gelaran Muffest 2018, Sofie cenderung ingin mempertahankan kesan edgy dengan penggunaan warna-warna monokrom.
"Siluet longgar, untuk stylingnya enggak banyak main di drapping. Saya lebih condong ke warna aman, natural," katanya.
Pada tahun ketiganya, akan terdapat gelaran pendahulu atau pre event, yakni Modest Young Design Competition yang akan dimulai pada Desember 2017, Next Face Fashion Model pada Februari, juga Modest Beauty Make Up Competition.
"Ini pertama kali di tahun ini, kalau biasanya make up and hair do, nah kami buat make up and hijab style. Registrasi akan dibuka pada Januari," kata Lisa.
Selain itu, lanjutnya, terdapat Catch Your Style di mana tim Muffest akan beredar di jalan, tempat umum, mencari mereka yang punya gaya keren dan modest lalu akan mendapatkan hadiah. Pengumuman dicantumkan di media sosial Muffest.
Semangat untuk gelaran Muffest 2018 semakin tinggi kala Ali mendapat kesempatan untuk mengikuti sebuah pertemuan dengan para desainer juga pengusaha mode di China beberapa waktu lalu. Usai dirinya presentasi, para hadirin memberikan sambutan positif.
"Mereka mau bantu di event 2018 nanti, ada dari Pakistan, Bangkadesh, Sri Lanka, India, Perancis dan Turki. Muffest diharapkan jadi jendela bagi dunia untuk busana muslim," ucapnya.
Sumber: CNNIndonesia.com
Komentar Anda :