Sabtu, 21 September 2024 Pj Gubri Terima Audiensi Investor dari Enam Negara, Ajak Berinvestasi di Bumi Lancang Kuning | Pj Gubernur Riau Audiensi Tim Kementerian dan Lembaga Kemenko Marves RI | Pj Gubri Perbaiki Sejumlah Ruas Jalan di Pekanbaru, Pj Wako dan Tokoh Masyarakat Ucapkan Terima Kasih | Pj Gubernur Riau Tinjau Empat Ruas Jalan di Kota Pekanbaru | Pj Gubernur Riau Serahkan SK kepada 173 PPPK Guru di Rohil | Dua Alumni SMA Olahraga Riau Atlet Ski Air Sabet 1 Emas dan 1 Perak di PON 2024
 
 
☰ Nasional
Kepala BPIP Luruskan Pernyataan soal Hubungan Pancasila dan Agama
Rabu, 12 Februari 2020 - 16:54:35 WIB

SULUHRIAU- Pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Profesor Yudian Wahyudi soal hubungan Pancasila dan agama menyulut kontroversi. Kini Yudian memberikan penjelasan bahwa dia tidak bermaksud mempertentangkan Pancasila dan agama.

"Yang saya maksud adalah bahwa Pancasila sebagai konsensus tertingi bangsa Indonesia harus kita jaga sebaik mungkin," kata Yudian dilansir detikcom, Rabu (12/2/2020).

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga ini menjelaskan Pancasila sendiri bersifat agamis. Nilai yang terkandung dalam tiap sila dengan mudah dapat ditemukan dalam kitab suci enam agama yang diakui Indonesia. Pancasila dan agama punya hubungan yang baik.

"Jadi hubungan antara Pancasila dan agama harus dikelola sebaik mungkin," kata Yudian.

Pernyataan Yudian kepada tim Blak-blakan detikcom menuai pro dan kontra, utamanya karena Yudian mengatakan musuh terbesar Pancasila adalah agama. Yudian meluruskan pernyataan ini. Maskudnya, musuh Pancasila adalah minoritas yang mengklaim dirinya sebagai mayoritas umat beragama.

"Namun, pada kenyataannya, Pancasila sering dihadap-hadapkan dengan agama oleh orang-orang tertentu yang memiliki pemahaman sempit dan ekstrem, padahal mereka itu minoritas (yang mengklaim mayoritas)," kata Yudian.

"Padahal Pancasila dan agama tidak bertentangan, bahkan saling mendukung," kata Yudian.

 Berikut adalah penjelasan lengkap dari Yudian Wahyudi, Rabu (12/2/2020):

Yang saya maksud adalah bahwa Pancasila sebagai konsensus tertinggi bangsa Indonesia harus kita jaga sebaik mungkin. Pancasila itu agamis karena ke 5 sila Pancasila dapat ditemukan dengan mudah dalam Kitab Suci ke enam agama yang diakui secara konstitusional oleh NKRI. Namun, pada kenyataannya, Pancasila sering dihadap-harapkan dengan agama oleh orang-orang tertentu yang memiliki pemahaman sempit dan ekstrim, padahal mereka itu minoritas (yang mengklaim mayoritas). Dalam konteks inilah, "agama" dapat menjadi musuh terbesar karena mayoritas, bahkan setiap orang, beragama, padahal Pancasila dan Agama tidak bertentangan, bahkan saling mendukung.

Dulu kira-kira, di Orde Baru itu banyak oknum yang mempolitisasi Pancasila sampai melewati batas kewenangannya. Oknum-oknum ini kemudian kalah oleh kaum reformis. Karena mereka dulu menggunakan Pancasila secara sepihak, maka dibalaslah oleh orang-orang yang dulu mereka tindas oleh kebijakan-kebijakan.

Karena kaum reformis ini kebanyakan adalah kaum agamawan, maka mereka melawan atau membalas kaum Orde Baru tadi dengan cara melawan juga ilmu dan pengalamannya. Di situlah maka Pancasila disingkirkan. Mereka membongkar kembali asas tunggal kemudian dikembalikan menjadi boleh memilih asas organisasi: Pancasila atau Islam. Nah, dari situlah sebenarnya Pancasila sudah dibunuh secara administratif kenegaraan, karena sudah tidak ada lagi orang yang memilih Pancasila.

Apa sih yang paling krusial dalam Pancasila yang kini hilang?

Jadi yang hilang itu menurut saya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Nah, di situ terjadi pengembalian Ketuhanan itu kepada kelompok agama yang kemudian direduksi oleh kelompok minoritas yang mengklaim mayoritas.

Yang saya maksud begini, saya mohon maaf, muslim ini kan mayoritas. Nah, dari yang mayoritas itu sebenarnya yang mayoritas beneran adalah NU dan Muhammadiyah. Nah tapi ada kelompok-kelompok yang menginginkan beda dengan Muhammadiyah dan NU karena Muhammadiyah dan NU itu mendukung Pancasila. Mereka ini ingin melawan Pancasila tapi mengklaim diri sebagai mayoritas, sebagai muslim mayoritas maksudnya, padahal mereka itu kan minoritas.

Sederhana, misalnya, mohon maaf, kasus Ijtimak Ulama, mereka berusaha untuk mencari cawapres. Ulama mereka ini ulama minoritas atau mayoritas? Kan minoritas. Ini karena ulama di Indonesia berasal dari tiga lembaga resmi: Muhammadiyah, NU, dan MUI. Akhirnya, setelah terakhir, ah nggak usah ngajak politisi. Kalau bahasa guyonnya, politisi kok mau dikadalin.

Ini contoh karena ada orang minoritas yang mengklaim mayoritas. Padahal dia minoritas di kalangan mayoritas. Karena terhalang oleh mayoritas tadi, (maka) mereka mengambil tindakan-tindakan sendiri. Nah ini yang berbahaya.

Jadi saya ulang, kita ini kalau dicari musuh Pancasila yang paling besar itu apa sih? Kalau kita ya jujur, musuh Pancasila terbesar itu ya agama.

Kalau kelahi suku itu, halah, misalnya orang Papua kelahi sama orang Jogja, itu nggak jauh-jauh acaranya paling cuma di situ-situ doang ya.

Sumber: detik.com
Editor: Jandri






 
Berita Lainnya :
  • Dua Alumni SMA Olahraga Riau Atlet Ski Air Sabet 1 Emas dan 1 Perak di PON 2024
  • Bupati NatunaTerima Penghargaan Inovasi Membangun Negeri 2024 dari tvOne
  • Sebanyak 24 Pemilik Sasana Tinju di Kota Pekanbaru Dukung Edy-Bibra
  • Sadis, Pelaku Sekap Gadis Penjual Goreng dengan Mulut Tertutup Dibawa ke Atas Bukit, Diperkosa dan Dikubur
  • Dimangsa, Kepala Kakek 68 Tahun di Rohil Ditemukan Dalam Perut Buaya
  •  
    Komentar Anda :

     
    + Indeks Berita +
    01 Dua Alumni SMA Olahraga Riau Atlet Ski Air Sabet 1 Emas dan 1 Perak di PON 2024
    02 Bupati NatunaTerima Penghargaan Inovasi Membangun Negeri 2024 dari tvOne
    03 Sebanyak 24 Pemilik Sasana Tinju di Kota Pekanbaru Dukung Edy-Bibra
    04 Sadis, Pelaku Sekap Gadis Penjual Goreng dengan Mulut Tertutup Dibawa ke Atas Bukit, Diperkosa dan Dikubur
    05 Dimangsa, Kepala Kakek 68 Tahun di Rohil Ditemukan Dalam Perut Buaya
    06 Kapolda Apresiasi Cipayung Plus Riau Dukung Pilkada Damai-Gembira 2024
    07 Disergap Satnarkoba Polres Kampar, Warga Muara Jalai tidak Berkutik
    08 Bersama Personil TNI, Lapas KLS IIB Pasir Pengaraian Lakukan Perawatan Senjata Api
    09 Gedung Tiga Dinas di Komplek Perkantoran Pemko Pekanbaru Tenayan Raya Terbakar Hebat
    10 Tim Formatur Hasil Kongres II SMSI Rampungkan Penyusunan Kepengurusan Periode 2024-2029
    11 Kapolres Kampar Gelar Coffee Morning dengan KPU-Bawaslu serta Papaslon Bupati- Wakil Bupati Kampar
    12 Hafit Syukri: Pasangan Indah Sangat Cocok Pimpin Rohul
    13 KPU Kampar Gelar Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi dan Penetapan DPT Pilkada Serentak 2024
    14 Hukum Bank ASI Dalam Presfektif Hukum Islam
    15 11 Hari Pelarian, Pelaku Pembunuhan Gadis Penjual Goreng Akhirnya Ditangkap dan Digelandang Polisi
    16 KPU Kampar Gelar Rakor Persiapan Tahapan Kampanye dan Dana Kampanye Pilkada 2024
    17 DPRD Riau Periode 2024-2025 Bentuk 8 Fraksi, PPP dan PAN Bergabung
    18 HPN Tahun 2025 Ditetapkan di Provinsi Riau
    19 FKUB Pekanbaru Sambut Hangat Silaturrahmi Bapaslon Wako-Wawako IDAMAN
    20 KPU Riau Gelar Rakor Persiapan Kampanye dan Pengelolaan Dana Kampanye
    21 Digelar di MIN 3, Kasubbag TU Kemenag Buka Lomba Final Tahfizh Al-Qur’an Juz 30 Tingkat MI Se Pekanbaru
    22 Diskominfo Natuna Stuban ke Diskominfo Kota Bandung, Sharing untuk Peningkatan Tipe C ke B
     
    Redaksi | Indeks Berita
    Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik
    © SuluhRiau.com | Pencerahan Bagi Masyarakat