Rekam Jejak Dokter Novilia Sjafri, Ketua Uji Klinis Vaksin Sinovac yang Meninggal karena Covid-19
Kamis, 08 Juli 2021 - 12:26:14 WIB
|
Ketua Uji Klinis Vaksin Covid-19, Novilia Sjafri Bachtiar.(Dok BIO FARMA)
|
SULUHRIAU- Kepala Divisi Surveilans dan Riset Klinis di PT Bio Farma, Novilia Sjafri Bachtiar, meninggal Rabu (7/7/2021) di RS Santosa Bandung, setelah berjuang melawan Covid-19.
Kepala Kantor Komunikasi Publik Universitas Padjadjaran (Unpad), Dandi Supriadi mengatakan, ketua uji klinis vaksin Covid-19 dari Sinovac itu merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Unpad.
"Beliau juga dosen di Fakultas Farmasi Unpad (berstatus dosen luar biasa atau tidak tetap," ujar Dandi saat dihubungi Kamis (8/7/2021).
Dari situs web Bio Farma, Novilia mengawali karirnya di Bio Farma sejak 2001. Meski berbekal ilmu medis, baginya, vaksinologi dan uji klinis tetap menjadi hal baru yang penuh tantangan dan menarik untuk dipelajari.
Ia bersama timnya tercatat sebagai perintis satu bagian baru di Bio Farma bernama Evaluasi Produk yang kemudian berubah menjadi Uji Klinis.
Bagian ini dibuat saat Bio Farma mulai meluncurkan berbagai vaksin baru, sehingga dibutuhkan satu bagian khusus yang menangani uji klinis.
Baca juga: Ketua Uji Klinis Vaksin Sinovac Dokter Novilia Sjafri Meninggal, Dimakamkan dengan Protokol Covid-19
Sejak ditempatkan sebagai staf evaluasi produk hingga menduduki Divisi Surveilans dan Uji Klinis, Novilia tidak pernah berhenti pada satu kajian.
Ia terus mengembangkan pengetahuan dan skill di bidang uji klinis dan imunologi. Banyak upaya yang ditempuh.
Mulai dari membaca berbagai jurnal, berkontribusi dalam berbagai working group kelas dunia, training, hingga diskusi dengan para ahli di bidang imunologi.
Ia juga melanjutkan pendidikan S2 dan S3.
"Menjadi peneliti tidak boleh mudah dan lekas berpuas diri, tidak ada kata 'berhenti' untuk belajar," ujar Novilia dalam tulisannya di situs web tersebut.
Menurutnya, ketika suatu penyakit dinyatakan nol kasusnya di dunia (eradikasi) karena keberhasilan vaksin, di masa depan tak tertutup kemungkinan akan muncul penyakit baru dan penelitian seperti dirinya dituntut untuk terus belajar.
"Harapan saya, kita harus siap berlari sejalan dengan produk baru yang akan dikeluarkan Bio Farma, dari berbagai aspek," ucap dia.
Perintis bagian uji klinis
Novilia menceritakan, di tahun 2017, uji klinis di Bio Farma semakin giat mengembangkan beberapa studi vaksin.
Saat itu ada enam fokus uji klinis vaksin yang tengah diproses pada bagian uji klinis, antara lain bOPV, Td pada wanita hamil, vaksin tifoid, rotavirus, influenza quadrivalen dan MR.
"Meski harus kerja keras, saya bersyukur Bio Farma semakin banyak meluncurkan beberapa terobosan baik pada produk vaksin maupun biosmilar yang diproyeksikan harganya akan lebih terjangkau masyakarat," tutur dia dalam keterangan tertulisnya di situs web tersebut.
Sebagai perintis bagian uji klinis dari nol, ia mulai memahami pentingnya sinergi. Tak hanya di lingkungan internal perusahaan, hubungan baik dengan pihak luar harus terbina dengan baik.
Itulah mengapa, Bio Farma bekerjasama dengan beberapa centre uji klinis seperti
Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung/Universitas Padjajaran (Unpad), RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM)/Universitas Indonesia (UI), RS Sanglah Denpasar/Universitas Udayana, RS dr Sardjito/Universitas Gajah Mada (UGM) dan banyak lagi.
Bukan hanya dengan centre uji klinis, tapi dengan institusi lainnya seperti Badan Pengawas Obat dan Makan (BPOM), Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan Komisi Nasional Penanggulangan dan Pengkajian Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KOMNAS PP -KIPI) hubungan baik harus senantiasa dipelihara.
Begitupun kerja sama dengan luar negeri. Ia mencatat sejumlah kerja sama Bio Farma dengan luar negeri.
Seperti uji klinis vaksin di Kenya dengan salah satu lembaga di Amerika. Ada pula kerja sama dengan University of Antwerp di Belgia.
Ia berharap, Bio Farma dapat terus berkontribusi dalam kemandirian vaksin/obat di dalam negeri juga semakin diakui di ranah internasional untuk berbagai inovasi produk biosimilar obat maupun vaksin terapeutik yang kini kian diminati masyarakat.
Editor: Jandri
Sumber: kompas.com
Komentar Anda :