Ironi Daerah Kaya Penghasil Sawit, Warga: Sungguh Susah untuk Mendapat Minyak Goreng
SULUHRIAU, Pekanbaru- Sumpah sarapah dan kata keluh kesah keluar dari mulut warga saat harus antre mendapat minyak goreng.
Pandangan ini terjadi di salah satu toko grosir di Pekanbaru, Riau, Senin, (14/3/2022).
Sejak pagi warga mulai antre untuk mendapatkan minyak dengan harga Rp14.000 per liter. Selain antre untuk masuk ke ritel grosir itu untuk membeli minyak, juga warga antre untuk membuat kartu member konsumen, salah satu tujuannya untuk memudahkan mendapat minyak.
Salah seorang warga Rahma (39) tak sanggup menahan kecewa, mulutnya terus menceracau tak tahu siapa yang nak mau disalahkan. "Coba ini lihat, kartu antrean saya hampir 100 ini katanya", sambil bersungut-sungut memegang kartu antrean duduk menunggu di atas tembok gedung grosir itu.
"Katanya daerah Riau ini di bawah minyak di atas minyak. Itu mungkin betul, ditandai dengan luasnya kebun sawit. Minyak goreng salah satu produk hilir sawit. Tapi apa, kok seperti ini, siapa biang kerok terjadinya seperti ini, "kata Rahmah Alumni Universitas Riau.
Rahma tidak sendirian, Masri (48) seorang pedagang nasi wuduk, juga berkeluh kesah, pria yang sudah dua warna rambutnya ini mengaku, baru kali ini mencari minyak goreng bukan main susahnya. Tapi, kalau kita dengar cakap pemerintah, seperti tak ada masalah. "Ada apa ini," tanyanya, Senin, (14/3/2022) saat antre.
Tak sampai di situ, begitu giliran masuk, lebih kecewa lagi, seyogianya bisa membeli masing-masing satu kemesan dari beberapa merk, justru yang tersedia saat itu hanya dua merk saja, satu merk minyak juga tak begitu familier oleh konsumen. Artinya masyarakat hanya bisa membeli dua kemasan maksimal dari dua merk minyak yang berbeda.
"Ampun-ampun, panas-panas, beginilah kiranya pemerintah sekarang ya," ceplos Mimi (42).
Hiruk pikuk dari keluh kesah dan bermacam cakap konsumen itu, tak ada yang peduli. Karyawan grosir pun menjawab seadanya. "Memang hanya minyak ini yang ada, mau bagiamana lagi," katanya.
Seorang petugas di grosir itu, juga mengatakan, tadinya ada sejumlah merk. "Tapi sudah habis terjual. Maka hanya itu yang tersisa," katanya.
Sementara itu, Kadisperidag Provinsi Riau Taufiq OH, sebelumnya mengatakan, pihaknya melalui petugas pengawasan pangan sudah mengontrol ke lapangan. Hasilnya, harga minyak diakui masih ada yang menerapkan di atas Rp14.000 per liternya.
Namun, Taufiq meminta agar tidak panic buying lalu memborong minyak, sebab katanya hal itu akan memperkeruh suasana.
Taufiq pun mengaku, ketersediaan minyak dan kebijakan harga itu tidak diputuskan pemerintah daerah, melainkan kebijakan pemerintah pusat.
Ironis memang, statement dari berbaga pihak pemerintah pusat di media, seperti di televisi dan media lainnya serta saluran informasi lain menyebut, persoalan minyak goreng ini sudah diatasi.
Tak ada Kelangkaan
Pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengklaim stok minyak goreng sangat melimpah di dalam negeri, sehingga tak ada lagi istilah kelangkaan.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan, sesumbar stok minyak goreng sangat cukup hingga Lebaran nanti. Stok minyak goreng tersedia di mana-mana, baik pasar tradisional maupun ritel modern.
"Kami pastikan stok aman. Tidak ada kelangkaan (minyak goreng) saat Lebaran. Dari pantauan kami secara nasional, ketersediaan minyak goreng sudah bagus. Di ritel-ritel juga sudah banyak," ujar Oke dilansir kompas.com Rabu (9/3/2022).
Dia bilang, mengingat stoknya yang dianggap sudah melimpah, rakyat tak perlu khawatir tidak mendapatkan pasokan minyak goreng.
"Enggak kayak dulu lagi kosong berhari-hari. Pantauan kami di pasar-pasar harganya sudah turun. Yang kemasan sederhana Rp 15.000 per liter, curah Rp 13.000 per kilogram" ucap Oke.
Kenapa minyak goreng curah di pasar Rp 13.000 per kilogram? Harga segitu karena pedagang jualnya ukuran kilogram bukan liter. Kalau liter Rp 11.500. Sementara kilogram itu Rp 12.800, tapi mereka pas kan ke Rp 13.000 itu enggak masalah," kata Oke lagi.
Meski demikian kata pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, realita di lapangan menunjukan sebaliknya.
Di jaringan minimarket, sejak beberapa pekan terakhir, sangat sulit menemukan minyak goreng program pemerintah. Harganya juga di atas program pemerintah ini. Itupun, kalau ada. Sering juga rak minyak goreng di super market dan mini market itu kosong. Entahlah. (sr3)
Komentar Anda :