SULUHRIAU, Pekanbaru- Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Pekanbaru menggelar sosialisasi Pencegahan Radikalisme dan Terorisme, Rabu, (15/3/2023) di Hotel Royal Asnof.
Kegitan ini dibuka langsung Kepala Badan Kesbangpol Pekanbaru, Drs H Syoffaizal didampingi Kabid Kewaspadaan Kesbangpol, Inang Tati Dewi. Peserta sosialisasi terdiri dari tokoh masyarakat dan kalangan mahasiswa yang diikuti 100 orang.
Dalam kesempatan itu, Inang Tati Dewi yang juga Ketua Panitia pelaksanaan sosialisasi menyampaikan, bahwa kegiatan ini bertujuan untuk membarikan pemahaman dan pengetahuan untuk dapat mendekteksi dini hal-hal yang berkaitan dengan pemahaman radikalisme dan terorismen, sehingga dapat mencegah teror di masyarakat.
"Dengan adanya sosialisasi ini kita dapat semakin peduli, waspada dan peka terhadap segala potensi yang mengancam keutuhan NKRI," ujarnya.
Sementara itu, Kaban Kesbangpol Pekanbaru Drs H Syoffaizal mengatakan, mengingat bahanya paham radikalisme dan terorisme ini, maka pihak pemerintah dalam hal ini Kesbangpol Pekanbaru memandang perlu cegah tangkal terkait hal ini. Bahkan sosialisasi ini digelar hampir setiap tahun. Dan ini juga sejalan dengan regulasi yang ada.
Dikatakan, pemerintah inginmenyadarkan, bahwa radikalisme ini bagaiakan percikan api yang jika dibiarkan akan menjadi api besar.
"Karena radikalisme cikal bakal dari terorisme, sedangkan terorisme ini tindaknya melanggar hak azazi manusia, karena tidak mengenal siapa korbannnya," katanya.
Syoffaizal menambahkan, Kota Pekanbaru yang retalitif kondusif, yang dihuni berbagai suku bangsa, dengan berabagai budaya dan agama, tidak ingin rusak oleh paham radikalisme yang berujung terorisme. "Kita berharap Kota Pekanbaru Zero (bebas) dari kasus terorisme," katanya.
Ditambahkan, melalui nara sumber yang diundang tentunya, para peserta akan lebih mendalam mendapat pengetahuan terhadap hal ini.
Dari peserta yang hadir tentunya diharapkan dapat mentransfer pengetahuan ini kepada keluarga dan masyarakat lainnya, sehingga betul-betul radikalisme dan terorisme ini bisa didekteksi dini untuk tidak berkembang sehingga mengganggu panca gatra sosial, yakni ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, pertahanan dan keamanan (ipoleksosbudhankam). Pemaparan Nara Sumber
Adapun nara sumber yang dihadirkan dalam sosialisasi ini yakni, Anggota Densus 88, Ipda Feriyandi, Kabag Op Polresta Pekanbaru, Kompol Novldi, S.Sos, M.si dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Riau, Hj Dinawati, S.Ag, MM.
Dari pemaparan nara sumber ini, pada intinya, bahwa terorisme berawal dari intoleran, kemudian menjadi radikalisme dan aksinya adalah terorisme. Maka inilah dari awal perlu antisipasi.
Sebab, efek dari ini menjadi ancaman bagi masyarakat, daerah dan negara, yang akhirnya memporak porandakan keutuhan negara.
Seperti dikatakan, Ifda Feriyandi, ada sejumlah negara yang karena masuknya paham ini, maka negara tersebut hancur dan tidak pernah damai.
Sebab itu, Pemerintah Indonesia sangat concern dalam mengatasi masalah ini. Bahkan, beberapa pentolan terorisme yang ditangkap, dihukum, dilakukan pembinaan dan bertobat.
Kemudian digandeng masuk ke Badan Nasional Penanggulangan Terorismen (BNPT) untuk memberikan pemahaman bagi jaringan atau sel-sel terorisme yang pelakunya ditangkap. "Semua kita bisa berperan mengatasi atau paling tidak waspada terhadap penyebaran radikalisme yang berujung terorisme," pungkasnya. (Sr3)